Jumat, 30 September 2016

Cerita Seks Terkini Air Susu Dibalas Air Mani Hot

Cerita Seks Terkini Air Susu Dibalas Air Mani Hot - Bacaan Sex sebelumnya ialah Cerita Seks Terbaru Investasi Kenikmatan Seks Cerita Sex, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita Semi, Cerita Panas, Cerita Horny Cerita Sex, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita Semi, Cerita Panas, Cerita Horny Aku terbaring lemas di ranjang tidur ini. Pikiranku melayang-layang. Disampingku terdengar suara dengkur ibuku yang sedang tertidur. Tertidur pulas dengan daster putih tipis yang terbuka bagian atasnya. Menampakan buah dadanya yang berlapis air liur. Buah dada yang baru saja habis aku cumbui.

Cerita Seks Terkini Air Susu Dibalas Air Mani Hot
cerita seks, cerita ngentot, cerita panas, cerita dewasa, cerita semi, cerita mesum

Bercerita Sex -  Namaku Basun. Umurku 23 tahun. Tubuhku gemuk dan agak pendek. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan. Sehari-hari aku bekerja di ladang keluargaku atau kerja serabutan lainnya. Aku tinggal hanya bersama ibuku di sebuah rumah kecil di dekat ladang kami. Bapakku pergi merantau ke luar pulau dan sampai kini tak jelas kabarnya. Sedang kakak lelakiku tinggal di kota bersama istrinya dan adik perempuanku yang menumpang disana agar bisa melanjutkan kuliah.

Ibuku sudah berumur 42 tahun. Tubuhnya agak kurus dan berkulit kuning langsat. Perutnya agak sedikit membuncit dengan payudara yang sudah agak kendor. Ibuku biasanya juga berkerja di ladang atau kadang menjual hasil ladang kami ke pasar.

Sejak dulu hubungan antara aku dan ibuku mungkin agak berbeda dengan anak-ibu yang lainnya. Jika anak lainnya sudah berhenti menyusu dengan ibunya saat berumur 1 atau 2 tahun, aku hingga saat ini masih saja menyusu dari ibuku. Saat aku masih kecil dan ada ayah dulu, sebenarnya beliau sudah melarangnya, tapi aku jadi sering menangis hingga demam.

Akhirnya ibu meneruskan untuk menyusuiku. Kakak dan adikku juga sering meledekiku ‘bayi raksasa’ karena masih saja menyusu dari ibu. Tapi kini hanya kami berdua di rumah. Aku tidak perlu khawatir lagi dengan ledekan mereka. Ibuku juga tidak keberatan menyusuiku.

Dalam sehari, aku bisa beberapa kali menyusu pada ibuku. Aku yang sekarang tidur seranjang dengan ibuku karena kasur lamaku sudah rusak biasanya minta menyusu pada ibu saat bangun tidur. Aku suka bau ibu saat baru bangun, agak masam tapi entah kenapa aku jadi sangat menyukainya. Setelah puas biasanya kami lanjut untuk siap-siap ke ladang.

Jika ibu ikut pergi ke ladang, aku juga suka minta menyusu saat makan siang. Ladang kami agak jauh dari pemukiman sehingga tidak perlu khawatir ada yang melihat. Kadang aku sudah merasa kenyang hanya dengan menyedot susu dari payudara ibuku tanpa makan nasi atau yang lainnya. Tubuh ibu yang berkeringat membuat nafsuku menyusu sangat besar, bisa sampai 30 menit aku menyusu.

Saat malam sebelum tidur, aku kembali menyusu. Ibuku selalu menurunkan dasternya sedada dan membiarkan aku menghisap payudaranya sampai aku tertidur pulas. Seringkali aku tertidur dengan pentil ibu yang masih ada di mulutku. Jika malam-malam terbangun, aku juga akan selalu menyusu pada ibuku untuk menghilangkan haus.

Entah kenapa, payudara ibu selalu mengeluarkan susu. Mungkin karena setiap hari tak pernah berhenti aku hisap. Ibu pernah beberapa kali minta aku untuk berhenti. Malu katanya, masak aku sudah besar segini masih disusui. Ibu juga bilang payudaranya jadi kendor karena jarang pakai BH. Aku memang tidak suka ibu memakai BH, karena jadi susah jika ingin netek.. Tapi ibu selalu tak sampai hati jika melihat aku ngambek, jadi beliau akhirnya selalu membolehkannya.

Aku pun rasanya tidak pernah puas menyusu dari ibuku. Tetek ibuku tidak besar, mungkin hanya 32B dan sudah kendor pula. Putingnya agak panjang (mungkin karena selalu aku sedot) dan warnanya coklat kehitaman. Rasa air susu ibuku agak tawar-tawar manis.

Pernah beberapa kali terasa agak sepat. Tapi aku selalu menyukainya. Mungkin karena masih menyusu pada ibu, walau kami tergolong keluarga miskin, tubuhku bisa gemuk dan perutku buncit. Sayangnya tidak bertambah tinggi, hehehe.

“Ah…” jerit ibuku.

“Kenapa, mak?”

“Pelan-pelan dong, Sun, neteknya. Jangan digigit pentil emak. Sakit.”

“Hehehe.. Iya, mak. Abis Basun lagi haus banget,”

“Tadi sore kan udah netek, masa masih haus, Sun?”

Aku sedang di ranjang dan menetek pada ibuku. Sudah jam 10 malam. Dan karena rumah kami memang tidak ada listrik, hanya ada penerangan dari lampu petromaks di kamar ini. Ibuku mengenakan daster batik tanpa lengan dan bagian atasnya sudah kupelorotkan ke bawah. Ibuku tidur menyamping menghadap ke arahku, membiarkan buah dadanya yang kanan kiri bergantin aku hisapi.

Aku tidur hanya pakai celana kolor saja, karena memang kamar ini agak sumpek dan pengap.Sambil menghisap tetek ibu yang sebelah kiri, aku iseng meremas-remas tetek ibu yang sebelah kanan sambil memainkan putingnya dengan jariku.

“Sun, tetek emak jangan digituin ah. Emak ngilu.”

“Hmmm.. Hmm…” Aku tidak menjawab karena mulutku masih sibuk melumat pentil susu ibu. Tapi aku tak menghentikan remasan tanganku.

Terdengar dengkur suara ibu, sepertinya dia sudah tertidur. Aku pun juga sudah kenyang menyusu. KUjauhkan mulutku dari buah dada ibu. Putingnya terlihat basah berlumuran air liurku. Mataku sebenarnya sudah mengantuk,tapi aku tidak bisa tidur.

Akhir-akhir ini entah rasanya batang zakarku selalu mengeras jika sedang netek pada ibu. Sebenarnya dari aku kecil dUlu, ini pernah terjadi. Tapi saat ini rasanya sudah berbeda. Akhirnya aku pergi ke kamar mandi di belakang, aku mau onani saja biar nafsuku ini hilang.

Saat mencari sabun di kamar mandi untuk pelicin saat onani nanti, aku tanpa sengaja menemukan celana dalam ibu di tumpukan baju yang belum dicuci. Saat kupegang, ada bagian yang agak lembab, lalu iseng saja aku cium baunya. Dan ternyata, ah… baunya sangat aneh, agak masam dan apek, tapi aku malah jadi sangat bernafsu ingin onani.

Karena sabunnya tidak ketemu, akhirnya aku beronani dengan membasahiku kontolku dengan air liurku. Aku duduk di lantai kamar mandi, mengocok kontolku dengan tangan kananku sambil menghirup aroma celana dalam ibuku yang kepegangi ke wajahku.

Rasanya begitu nikmat, apa mungkin ini yang namanya bau wanita. Rasanya ingin cepat-cepat kukeluarkan air maniku. KUpercepat kocokan di kontolku. Mataku terpejam menahan kenikmatan.

“Sun… Sun…”

Hah? Kudengar suara ibu memanggilku. Kubuka mataku dan benar saja, ibu sedang berdiri di depanku.

Sialnya aku sudah hampir orgasme dan tak tertahankan. Kontolku berkedut-kedut dan memuncratkan air mani yang begitu putih dan kental di hadapan ibu. Aku hanya bisa menatap kosong melihat cairan pejuku jatuh di dekat kaki ibu, ada juga yang mengenai kakinya.

Rasanya begitu malu dan menyesel, terlihat sedang telanjang bulat sambil onani di hadapan ibu sendiri. Sial benar, memang kamar mandi kami tidak ada tutupnya, hanya ada triplek yang menutupi pintu masuk.

“Udahan kan? Balik ke kamar sana. Emak mau pipis.”

Lalu aku berdiri dan mengambil celana kolorku tapi tak langsung kupakai, masih sambil tetap telanjang, aku berjalan keluar dari kamar mandi.

“Sun.. dibilas dulu itu peju kamu. Nanti lengket di celana.”

Duh, aku sangat malu. Akhirnya aku berbalik kembali ke kamar mandi dan mengambil segayung air lalu membilas kontolku. Setelah itu aku kembali ke kamar…

Pelan aku berjalan kembali ke ranjang. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Aku kepergok sedang onani dan mengeluarkan mani di depan ibuku sendiri. Ditambah lagi sambil menciumi celana dalamnya. Rasanya aku tak berani menatap wajah ibuku.

Lebih baik aku berpura-pura tidur saja. Kudengar suara langkah ibuku kembali dari kamar mandi. Aku pura-pura tidur sambil menghadapkan wajahku ke tembok. Ibu kembali berbaring di ranjang. Beberapa saat terasa sangat hening.

“Sun… Basun…” suara ibuku memanggil sambil menyentuh bahuku.

“Eh.. Iya, mak.” jawabku sambil membalikan badanku ke arah ibu.

“Kamu tadi abis coli ya?”

“Enggg.. Iya, mak. Maap, mak, Basun udah gak tahan.” Wajahku memanas. Rasanya begitu malu menjawab pertanyaan ibuku.

“Ga papa, Sun. Gak usah malu. Kamu kan emang udah gede. Wajar begituan.” jawab ibukku.

“I-iya, mak.”

“Tapi kok tadi emak liat kamu cium-ciumin kancut emak. Buat apaan, Sun? Udah sering begitu?”

“Eh… enggak, mak, itu… itu… iseng aja tadi. Baru pertama kok, mak.”

“Ih, kamu, Sun. Kan jorok itu. Bau.”

“Tapi baunya enak kok, mak. Basun seneng baunya.” aku keceplosan.

“Ih… kamu aneh, masa bau kancut emak dibilang enak. Ya udah ga papa. Kamu gak usah malu sama emak. Emak ngerti kok. Nah kalau kamu emang demen cium-ciumin kancut emak ya udah ga papa. Nanti emak pisahin di ember. Tapi inget, jangan sampe kena peju kamu, Sun. Ntar kotor.”

“I-iya, mak. Makasih ya, mak.” Perasaanku jadi sedikit lega. “Mak, Basun boleh netek lagi gak, mak? Haus nih.” sambungku.

“Kamu itu, Sun… gak ada puasnya netek sama emak. Ya udah nih,” jawab ibuku sambil menurunkan dasternya sampai ke perut.

Kupandangi puting susu ibuku yang panjang dan keliatannya tegang. Kujilat-jilat beberapa kali dan selanjutnya kusedot sampai mengeluarkan susu. Tanganku meremas payudara ibu yang satunya lagi. Ibuku sudah tidak keberatan. Kulihat ibu memejamkan mata, mungkin masih mengantuk. Akhirnya aku menyusu sampai tertidur.

Pagi hari saat bangun, ibu sudah tidak ada di sebelahku. Mungkin sudah mandi. Yang ada hanya sebuah celana dalam warna krem yang sudah agak tipis. Kuambil celana dalam tersebut dan kucium baunya. Ini sama seperti celana dalam ibu yang kucium semalam. Berarti ini punya ibu.

Lalu ibu masuk ke kamar hanya mengenakan handuk yang menutupi badannya. “Udah bangun, Sun?”

“Eh… iya, mak.” jawabku kaget karena aku masih memegang celana dalam ibuku.

“Itu kancut yang abis emak pakai semalem. Terserah kalau kamu mau cium-ciumin. Emak gak ke kebun ya, mau bantu-bantu Bu RT, lagi mau ada hajatan.”

“Iya, mak. Ma-Makasih, mak.”

“Ya udah, buruan mandi sana. Udah siang, ntar panas di kebun.”

Lalu aku segera bangkit ke kamar mandi. Kucium-ciumi celana dalam ibuku ini. Wanginya langsung membuat birahiku naik dan kontolku mengeras. Celana dalam ini baru saja menempel di kemaluan ibuku. Baunya masih sangat fresh.

Bahkan aku lihat agak sedikit basah di bagian depannya. Apa ibuku pipis sedikit di celana dalam ini? Ah, aku sudah tak tahan. Langsung saja kambil sabun, kubasahi dengan air lalu kukocok kontolku dengan cepat. Kucium terus celana dalam ibuku. Aku ingin menghirup semua baunya sampai habis.

Dan tanpa sadar aku sudah menjilati celana dalam tersebut sampai basah dengan air liurku. Kubayangkan kalau yang sedang kujilat ini adalah memek ibuku. Rasanya aku sudah hampir orgasme, lalu kupakai celana dalam itu untuk mengocok kontolku. Sampai akhirnya…

“Ahh… ahh…” Kukeluarkan semua airmaniku di celana dalam ibuku. Celana dalam itu sudah sangat basah oleh air liur dan maniku. Ah, ibu pasti marah karena semalam dia bilang jangan sampai kena air maniku. Tapi sudahlah, emak pasti mengerti. Kutaruh celana dalam tersebut ke ember cucian lalu aku lanjut mandi dan segera berangkat ke kebun.

Sudah semingguan ini ibuku selalu memberikan celana dalam yang dia habis pakai kepadaku tiap pagi dan sore. Ibuku biasanya meletakkan celana dalamnya yang baru dipakai di samping kasur. Pernah malah sekali saat di kamar, ibuku melepaskan celana dalamnya dan langsung memberikannya kepadaku.

Tapi aku tidak bisa melihat kemaluan ibuku karena dia memakai daster yang panjang saat itu. Dan karena itu aku jadi beronani hingga beberapa kali dalam sehari. Aku sangat terangsang dengan aroma yang tertinggal di celana dalam ibuku. Apalagi jika ada cairan-cairan yang tertinggal.

Awalnya ibukku sempat marah karena air maniku selalu membasahi celana dalamnya yang kupakai untuk mengocok kontolku. Tapi lama-lama ibuku sudah tidak masalah lagu.

Dan dua hari kemarin, ibuku pulang dari pasar dan membelikanku minyak bulus. Kata ibuku ukuran kontolku agak kecil, jadi aku disuruh untuk menggunakan minyak itu saat onani sambil diurut-urutkan ke batang zakarku. Mungkin ibuku melihat kontolku saat aku kepergok sedang onani dulu. Ukuran kontolku memang agak kecil, apalagi ditambah dengan perutku yang gendut. Duh, aku jadi malu. Tapi sekaligus bahagia karena ibu sangat memperhatikanku.

Malam ini seperti biasanya aku dan ibuku sudah di ranjang. Tapi aku sudah kembung karena tadi sore sepulang dari ladang aku sudah netek sampai hampir 1 jam, jadi kami hanya mengobrolkan hal-hal yang kami alami hari itu.

“Sun, Emak lihat kamu dalam sehari bisa 2 sampe 3 kali coli. Emang gak lemes badan kamu?”

“Eh, enggak, mak. Abis kalo ditahan-tahan malah jadi sakit, mak. Nyeri gitu burung Basun.”

“Ah, dasar kamu. Ya udah, besok emak beliin telur ayam kampung sama madu deh di pasar. Biar badan kamu tetep seger.”

“Iya, boleh, mak. Makasih, mak.”

“Oh iya, gimana minyak bulusnya, udah ada hasilnya?” tanya ibuku

“Eng… belum keliatan, mak. Cuma emang burung basun jadi lebih keras kalo lagi berdiri.”

“Kamu ngurutnya gak bener kali, Sun.”

“Basun biasanya sih urut-urut biasa aja, mak.”

“Ya udah sini, coba emak liat burung kamu. Sekalian emak contohin ngurutnya. Dulu burung bapak kamu juga kecil. Tapi emak urutin pake itu minyak jadi gede.”

“Ngg… nggak usah, mak.” aku sangat kaget. Ibuku mau lihat dan memijat kontolku?

“Kenapa emang, Sun? Kamu malu sama emak? Enggak usah malu, Sun. Emak kan ngurusin kamu dari kecil. Masa malu? Lagian emak juga udah pernah liat punya kamu kan.”

Aku melihat wajah ibuku. Matanya memandang ke arahku dengan tajam.

“Ya udah deh, mak.” kataku pada akhirnya.

Aku perlahan mulai menurunkan celana kolorku dalam keadaan berbaring. Sebenernya aku agak canggung karena sedari tadi Burungku sudah berdiri. Begitu diturunkan, kontolku langsung mengacung tegak keluar dari celana kolorku.

Memang tidak panjang, hanya sekitar 13 cm. Tapi kontolku cukup tebal diameternya dan kali ini ereksinya sangat kuat. Ada sedikit cairan bening yang sudah keluar di ujung kontolku. Aku lihat wajah ibuku. Dia sempat seperti menelan ludah dan memandang kontolku dengan serius.

“Udah nih, mak.” suaraku memecah kesunyian diantara kami.

“Eh, iya. Minyaknya mana, Sun?”

“Itu, mak, di atas meja.”

Emakku langsung mengambil minyak dan kembali ke ranjang. Aku mengambil posisi duduk agar lebih nyaman. Ibuku mengambil posisi duduk di sampingku.

“Kok ini burung kamu udah berdiri aja sih, Sun? Mikiran apa hayoo.” canda ibuku sambil menuangkan minyak bulus ke tangannya.

“Enggak tau nih, mak. Tiba-tiba aja bediri gini.”

“Ya udah, emak urutin ya.” ucap ibuku sambil menuangkan minyak itu ke kepala kontolku.

Kemudian… Ah, Ibuku tiba-tiba saja langsung menggenggam kontolku dengan kedua tangannya. Tangan kirinya kemudian meremas-remas ujung atas sampai kepala kontolku, sedangkan tangan kanannya meremas dasar kontolku. Pijatannya agak keras.

Kedua tangannya berganti-gantian turun naik di sepanjang batang zakarku. Saat memegang kepala kontolku, ujung jempol tangan ibuku memijat lubang kencingku dan mengurut bagian sensitif yang ada di bawahnya.

“Hemm… hemm… ahh…” hanya itu yang keluar dari mulutku sambil diiringi nafasku yang berat.

“Gimana, Sun, enak kan? Gini cara mijet yang bener biar burung kamu jadi tambah gede.”

“Iya, mak. Enak, mak.” Mataku sampai merem melek saking nikmatnya.

Ibuku terus mengulangi gerakan pijatannya. Lalu kemudian tangan kanan emak turun dan meremas buah zakarku. Seketika itu juga rasanya air maniku ingin segera keluar. Pijatan ibu di biji zakarku langsung membuatku orgasme.

“Mak… udah, maak.” ucapku dengan suara yang bergetar mencoba menahan agar maniku tidak keluar.

“Keluarin aja, Sun. Ga papa kalo gak tahan.” Sepertinya ibuku tahu kalau aku akan orgasme.

“Aaaah…” Badanku menggelinjang. Bergetar-getar kuat. Kontolku berkedut-kedut dan memuncratkan air maniku yang cukup banyak. Muncratan pertamaku malah sampai mengenai daster ibuku di bagian dada. Sisanya lumer membasahi kedua tangan ibuku.

Kontolku masih berkedut-kedut merasakan kenikmatan orgasme barusan. Dan tangan ibuku juga masih meremas dan memijat kontolku yang sudah mulai layu. Kali ini minyak bulus sudah bercampur dengan air maniku sehingga membuat tangan ibuku jadi terasa makin licin.

“Peju kamu banyak bener ini, Sun. Tuh sampe kena daster emak, berceceran juga ini di seprei kasur.” ucap ibuku sambil melepaskan pijatannya dari batang zakarku.

“Iya, mak. Abis pijetan emak enak bener.” jawabku malu-malu.

“Ya udah. Emak mau cuci tangan dulu. Itu biarin aja dulu burung kamu biar minyaknya meresep. Jangan pake celana dulu.” Lalu ibuku pergi ke kamar mandi.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Aku baru saja dibantu onani oleh ibuku sendiri. Rasanya aku masih bisa merasakan kehangatan pijatan kedua tangannya di batang zakarku. Kontolku sudah menciut. Dan campuran minyak dengan mani membuatnya sangat lengket. Tapi entah kenapa, rasanya gairahku belum tuntas.

Emak kemudian kembali dari kamar mandi. Tangannya sudah dicuci, tapi sepertinya dia lupa dengan cipratan maniku yang mengenai dasternya. Aku masih bisa melihat tetesan maniku di bagian daster dadanya. Emak kemudian berbaring di sampingku.

“Lelaki itu harus bisa muasin bininya nanti, Sun. Jadi kamu harus rutin ngurut burung kamu biar cepet gede.”

“I-iya, mak. Tapi, mak, kayaknya Basun gak bisa mijet sendiri kayak gitu. Emak mau kan mijitin Basun lagi nanti?”

“Ya udah, Sun. Tapi besok-besok kalo mau keluar kamu tahan dulu ya. Biar gak muncrat-muncrat kayak tadi. Nanti emak bawain kain lap buat nampung peju kamu.”

“Iya, mak. Oya, mak… Basun mau netek lagi, mak. Jadi haus abis ngeluarin tadi.”

“Ya udah sini.” Emak langsung menurunkan daster bagian lehernya dan menggelontorkan payudaranya yang sebelah kiri. “Isepnya yang pelan-pelan aja ya, Sun. Emak udah ngantuk, mau tidur.”

Aku langsung saja menyambut putingnya yang tegak dengan bibirku. Kujilat-jilat dan kumainkan dengan lidahku. Ibuku seperti berdehem dan memejamkan kedua matanya. Lalu kuhisap putingnya kuat-kuat sampai susunya muncrat membasahi kerongkonganku. Rasanya begitu nikmat. Gurih dan segar. Badanku yang lemas sehabis orgasme tadi jadi segar kembali. Bahkan kontolku jadi kembali ereksi.

Payudara kirinya terus kuhisapi sambil tanganku meremas payudaranya yang kanan yang masih berlapis daster. Sepertinya hisapanku terlalu kuat hingga ibuku jadi terbangun dari tidurnya.

“Eeeeh… pelan-pelan, Sun…”

Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku sangat bergairah mencumbui payudara ibuku. Rasanya ingin kusedot hingga susu di payudara ibuku habis. Dan tanpa sengaja, kontolku yang sudah ereksi menyenggol tangan ibuku. Ibuku langsung refleks melihat ke arah kontolku yang tepat berada di telapak tangannya.

“Kok bangun lagi ini, Sun. Belum keluar semua emang?”

“Iya nih, mak.. Boleh lagi gak, mak? Basun kepengen keluar lagi.”

Tanpa menjawab apa-apa, ibuku langsung mengenggam batang zakarku dengan satu tangannya dan mulai mengocoknya naik-turun. Untung masih ada sisa-sisa minyak dan air mani tadi sehingga masih terasa licin. Emak menaik-turunkan genggaman tangannya sambil jempolnya memijat-mijat lembut ujung kontolku. Sesekali dengan gerakan memutar.

Aku yang semakin bernafsu makin buas menyantap payudara ibuku. Kutarik belahan dasternya hingga terdengar sedikit suara sobekan kain. Lalu ketarik keluar payudara kanannya. Kumainkan putingnya dengan telunjuk dan jempolku. Kuputar-putar sambil sesekali kucubit pelan. Lalu aku dorong putingnya ke arah dalam. Air susu ibuku mulai menetes dari putingnya yang kumainkan. Mulutku juga terus menyedot susu ibuku sambil sesekali menggigit putingnya.

Ibuku makin mempercepat kocokannya. Terdengar ibuku seperti merintih, mungkin karena payudaranya kumainkan. Tapi karena keasyikan bermain dengan payudaranya, aku jadi lengah dengan pertahanan maniku. Kantong zakarku sudah berkedut-kedut ingin mengeluarkan air mani lagi. Dengan refleks, kumajukan punggungku sampai ujung kontolku menekan paha ibuku lalu kumuncratkan semua air maniku.

“Crut… crut… cruut…” Kali ini air maniku tidak sebanyak yang tadi. Keluarnya juga tidak memuncrat karena kutekan ke paha ibuku.

Ibuku lalu melepaskan tangannya dari kontolku dan menyentuh pahanya yang terkena air maniku. Ia mengusap air maniku yang lengket di tangannya. “Ih, Basun… jorok ah kamu. Kan jadi kotor nih,” ucap ibuku.

“Maaf, mak. Basun refleks.” ucapku malu. Aku tidak berani menatap wajah ibuku.

“Ya udah, kan udah puas. Emak mau tidur ya. Kamu juga langsung tidur, nanti kesiangan.” Ibuku langsung membalikan badannya sehingga memunggungiku. Dia tidak membersihkan air maniku yang berceceran di pahanya. Mungkin dia sudah sangat mengantuk.

Aku pun terbaring lemas. Dua kali aku keluar di tangan ibuku. Ditambah kenyang sekali sambil menyusu tadi. Zakarku mulai menciut. Aku pun sudah mengantuk. Aku tertidur tanpa memakai apapun. Sejuk sekali rasanya kontolku. Kupejamkan kedua mataku. Rasanya ada perasaan sangat lega. Aku tak sabar menunggu esok hari. Menunggu pijatan ibuku di batang zakarku.

Atau…. mungkin lebih dari itu…

Sudah semingguan ini tiap malam batang zakarku selalu diurut minyak bulus oleh ibuku. Kami selalu melakukannya di atas kasur saat malam hari menjelang tidur. Sambil aku menyusu pada ibuku, tangan ibuku dengan telaten menguruti kontolku sampai aku orgasme.

Dalam semalam, aku bisa sampai 1-2 kali keluar saat diurut ibuku. Kadang air maniku keluar di tangan ibu atau terkadang sengaja aku tempelkan kontolku pada paha ibuku agar keluar disana. Karena itu rasanya ranjang tidur kami berbau masam karena air maniku yang sering berceceran di kasur.

Oya, sepertinya minyak bulus ini cukup berkhasiat, rasanya beberapa hari ini kontolku sudah sedikit bertambah panjang, sekitar 2 cm. Dan terasa bertambah keras saat ereksi. Dan juga bulu-bulu kemaluanku menjadi semakin lebat hingga mulai naik ke arah perut. Mungkin selain khasiat dari minyak bulus, ini juga hasil dari pijatan tangan ibuku yang penuh kasih sayang.

Malam ini seperti biasa aku dan ibuku sudah berbaring di ranjang. Ibu belum mengganti seprai kasur ini beberapa hari, sehingga bau spremaku sangat tercium jelas. Hal ini membuat nafsuku langsung naik dan ingin segera minta diuruti lagi oleh ibuku. Aku sudah telanjang dan emak hanya memakai daster pendek yang bagian dadanya sudah aku turunkan agar bisa menyusu.

“Mak, urutin burung Basun sambil Basun netek ya.” ucapku sambil memberikan minyak bulus ke ibuku.

“Ya udah sini, emak urutin.”

Aku langsung melahap payudara ibuku dan dia mulai mengusap-usap kontolku dengan minyak bulus. Mungkin karena hari ini aku terlalu lelah bekerja di ladang, baru sebentar saja hampir aku ejakulasi. Langsung kujauhkan pinggulku dari ibuku hingga tangannya lepas dari kontolku.

“Kenapa, Sun?” Ibuku sepertinya agak kaget.

“Enggak papa, mak. Gak tahu nih, baru bentar udah mau keluar tadi.” jawabku malu.

“Kamu kecapekan kali, Sun. Ya udah, netek dulu aja sini. Ntar klo udah segeran, emak urutin lagi.”

Aku langsung mendekati lagi ibuku dan mulai menyusu. Lama-kelamaan ternyata kontolku keras lagi. Dengan perlahan kumajukan pinggulku hingga ujung kontolku mengenai paha ibuku yang dilapisi daster. Dengan perlahan kugesek-gesek kontolku ke paha ibuku, kucoba menggeser bagian daster yang menutupi pahanya hingga kini kepala kontolku bisa langsung bergesekan dengan paha ibuku.

“Udah mau diurut lagi, Sun?” tanya ibuku.

“Gini aja dulu, mak.” jawabku sambi masih asyik menggesek-gesekkan kontolku.

Ibuku hanya diam saja.

“Mak, dasternya lepas aja ya. Takut entar kena peju Basun. Kesian emak nyuci mulu.”

“Ih, enggak ah, Sun. Masak emak telanjang di depan kamu.”

Aku langsung menghentikan gesekan kontolku. Dan mengambil posisi duduk.

“Kenapa, Emak malu? Basun tiap malem telanjang gak apa-apa. Emak sendiri yang bilang gak usah malu.” ucapku agak marah.

“Tapi, Sun…”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, aku langsung membuang muka dari ibuku.

“Ya udah kalo Basun mau emak buka daster.” ucap ibuku tiba-tiba.

Kulirik sedikit ibuku. Perlahan dia melepaskan dasternya melalui bagian atas lehernya. Sekarang ibuku hanya mengenakan celana dalam saja. Kupandangi seluruh tubuhnya. Walaupun sebenernya aku sudah sering melihat ibuku telanjang saat aku mengintipnya mandi, tapi ini rasanya berbeda. Ibuku hanya mengenakan celana dalam tepat di depan mataku.

Kulihat perut ibuku, sudah agak buncit dan bergelambir. Lalu kuturunkan pandanganku. Ibuku memakai celana dalam berwarna krem. Mungkin karen sudah terlalu lama dipakai dan sering dicuci, celana dalam itu jadi terlihat tipis. Aku bisa melihat samar-sama bulu kemaluan emak yang menutupi memeknya.

Ya, bulu kemaluan ibuku ternyata sangat lebat dan hitam. Mungkin ibuku tidak pernah mencukurnya. Bahkan dari bagian samping-samping pangkal pahanya, ada bulu-bulu yang menyempil keluar dari celana dalamnya.

Kubaringkan tubuhku perlahan lalu kujamahi lagi payudara ibuku sambil mulai menggesek-gesekkan kembail kontolku di pahanya. Tangan kananku kupelukkan ke perut ibuku. Sambil menghisap payudara ibuku kuat-kuat, kunaik-turunkan badanku. Paha ibuku sudah mulai agak licin karena pre-cum yang keluar dari kontolku. Kugesek-gesekan kontolku dengan kuat.

Kulihat ibuku hanya memejamkan kedua matanya. Aku rasa dia juga menikmatinya. Saat rasa-rasanya air maniku sudah mau keluar, kuhentikan gesekanku. Aku tidak mau orgasme dulu. Aku mau sesuatu yang lebih malam ini.

“Mak… Basun boleh cium memek emak gak?” ucapku sambil mengelus payudara ibuku.

Ibuku membuka matanya. “Ih, kok kamu aneh-aneh aja, Sun. Gak boleh ah. Jijik.”

“Tapi Basun pengen cium baunya, Mak. Basun kangen baunya.”

“Kan tadi sore emak udah kasih kancut emak ke kamu. Ciumin itu aja gih.”

“Ah bosen, mak. Basun mau langsung cium dari sumbernya,”

Ibuku terdiam sambil menatap dalam kepadaku. “Gini aja ya, Sun…” Emak kemudian kulihat memasukkan tangannya ke balik celana dalam melalui atas. Beberapa saat dia menggesek-gesekkan tangannya disana. Lalu dia keluarkan tangannya dan mengarahkannya ke wajahku.

“Cium ini aja ya, Sun. Emak abis masukin ke memek emak. Baunya nempel disini.” Ibuku menonjolkan jari tengah dan telunjuknya sehingga seperti membentuk posisi tangan “peace”. Kulihat kedua jarinya itu basah. Seperti ada lendir yang melapisinya.

Kudekatkan hidungku. Ahh… baunya sangat nikmat. Baunya sama seperti celana dalamnya yang sering kucium, tapi ini baunya lebih kuat menyengat, lebih fresh. Kupegang tangan emak itu lalu kutempelan sangat dekat ke hidungku. Kuhirup aromanya kuat-kuat.

Dan refleks, kujilati lalu kumasukan kedua jari ibuku itu ke mulutku. Kujilati semua lendir yang ada di jarinya lalu kuhisap kuat-kuat. Ibuku sempat hampir mau menarik tangannya, tapi genggaman tanganku lebih kuat sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah puas, kukeluarkan jari ibuku dari mulut.

“Ih, Basun… kok dijilat-jilat? Jijik banget, Sun.” ucap ibuku sambil melihat kedua jarinya yang kini berlumuran air liurku.

“Abis enak banget, mak, baunya. Lagi dong, mak. Gesekin di memek emak yang lamaan dikit biar lendirnya banyakan.”

“Ih, kamu itu, Sun. Dasar anak aneh.”

Ibuku kembali memasukkan jarinya ke balik celana dalam. Dia gesek-gesek agak lama lalu dia berikan lagi kepadaku. Kali ini memang sepertinya lebih banyak cairan yang menempel di jarinya. Lalu kulahap lagi seperti tadi. Lalu terpikir sesuatu olehku, aku ingin mencoba lebih jauh.

“Mak, pakai jari Basun aja ya?”

Ibuku hanya diam memandangiku. Lalu tiba-tiba dia memegang telunjuk tangan kananku dan mengarahkan ke celana dalamnya. Aku menurut saja sambil terdiam. Kemudian jariku dimasukkan ke celana dalamnya. Aku bisa merasakan bulu jembut ibuku yang agak kasar dan lebat itu.

“Pelan-pelan ya, Sun,” ucap ibuku tiba-tiba.

Lalu dia mengarahkan telunjukku mengenai sesuatu yang agak basah dan lembab. Kemudian ditekan perlahan hingga jariku serasa dijepit oleh kulit yang basah dan berlendir. Ah.. jariku sepertinya sudah masuk ke memek ibuku. Lalu jariku dibuat melakukan gerakan mendorong lebih ke dalam memeknya. Seluruh telunjukku sekarang sudah masuk. Rasanya begitu lembab dan berlendir. Jariku rasanya juga seperti dipijat-pijat oleh gerakan otot memeknya yang dibuat seperti mengempot-empot.

“Udah masuk tuh, Sun.”

Kulihat wajah ibuku. Nafasnya terengah-engah. Matanya agak menyipit. Wajahnya berkeringat. Kuelap keringat di dahi ibuku dengan tanganku yang satunya lagi.

“Biarin di dalem dulu ya, mak.” ucapku. Perlahan kumaju-mundurkan telunjukku di dalam liang memeknya. Kubengkokkan telunjukku hingga seperti posisi ingin mencongkel sesuatu.

“Ehmmm… Mmmmm…” Hanya itu yang keluar dari mulut ibuku.

Tanpa menanyainya lagi, perlahan kuselipkan juga jari tengahku ke memeknya. Memeknya sudah sangat basah sehingga jariku bisa masuk dengan sangat mudah. Kumaju-mundurkan sambil kucongkel-congkel memek ibuku. Ibuku sepertinya keenakan karena terus mengoyang-goyangkan kedua pangkal pahanya. Karena gerakannya itu, celana dalamnya sekarang sudah turun ke arah pahanya. Hingga kini aku bisa melihat memek ibuku dengan sangat jelas.

Kuambil posisi berlutut di depan memek ibuku. Sambil tetap menusuk-nusuknya dengan jari, kuperhatikan memeknya. Kusibakkan bulu jembutnya yang lebat hingga kini aku bisa melihat bibir memek ibuku. Memek itu sudah agak bergelambir dan bibir memeknya juga sudah menyembul keluar. Warnanya agak coklat kehitaman. Wajarlah, ibuku sudah tiga kali melahirkan dan umurnya juga sudah kepala empat. Mungkin memek ibuku juga dulu sudah sangat sering dihajar oleh bapakku.

Kulihat ibuku terus menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya seperti sedang menahan kenikmatan. Kini tangan ibuku memelintir kedua puting susunya sendiri. Kupercepat gerakan jariku di liang memeknya. Kontolku juga sudah sangat keras. Sekalian onani aja ah, pikirku.

Tanganku yang satunya lagi akhirnya mengocok-ngocok sendiri kontolku. Ibuku hanya pasrah saja melihatnya. Kedua tangan terus-menerus mengocok, yang satu di memek ibuku dan yang satu lagi di batang kontolku.

“Sun.. Sun.. udah, Sun.. Emak udah gak kuat..” tiba-tiba ibuku meracau. Tangannya berusaha menghentikan gerakanku di memeknya, tapi tenaganya kurang kuat.

Kumaju-mundurkan jariku lebih cepat. Tiba-tiba jariku rasanya dijepit sangat kuat oleh memek ibuku, lalu terasa seperti disiram cairan dari dalam memeknya. Tubuh ibuku mengejang-ngejang dan matanya terpejam. Sepertinya ibuku sudah orgasme.

Beberapa saat kubiarkan jariku tetap disana sambil merasakan sisa-sisa kedutan dari memek ibuku. Tubuh ibuku sudah tenang dan sepertinya terkulai lemas. Kukeluarkan jariku dari memeknya. Banyak sekali cairan yang ikut di jariku. Cairannya sangat lengket, kental dan berlendir, tapi warnanya agak bening.

Kuoleskan cairan ibuku itu ke kontolku sambil tetap mengocok-ngocoknya. Kumasukkan lagi jariku ke memek ibu hanya untuk mengambil cairannya kembali lalu kugosokkan lagi ke kontolku. Ibuku hanya bisa melihatnya pasrah.

Setelah beberapa kali, kini batang zakarku sudah basah oleh cairan mani ibuku sendiri. Kukocok-kocok kontolku dengan kuat dengan menggunakan tangan kananku, sambil tangannku yang kiri memijat biji zakarku. Karena cairan ibuku, kontolku rasanya jadi sangat licin dan enak mengocoknya.

Saat hampir orgasme, kuremas kantong zakarku kuat-kuat lalu kutekan kepala kontolku. Aaah… cairan maniku muncrat sangat kuat. Sangat banyak dan sangat kental. Muncratan pertama agak jauh dan mengenai payudara kanan ibuku. Selanjutnya muncrat banyak di perut ibuku, lalu sisanya menetes di memek ibuku.

Memek ibuku jadi sangat berantakan. Bulu-bulu jembutnya jadi sangat basah oleh cairannya sendiri dan tetesan-tetesan air maniku. Ibuku lalu mengusap-usap spermaku yang jatuh di dada dan perutnya, seperti ingin meratakannya untuk melapisi seluruh kulit tubuhnya.

Nafasku masih terengah-engah karena orgasme tadi. Orgasme yang sangat kuat tapi batang zakarku masih lumayan tegak.

“Mak, Basun boleh…”

“Jangan, Sun. Gak boleh begituan sama emak sendiri.” potong emakku. Kemudian dia merapatkan pangkal pahanya dan menutupi memeknya dengan telapak tangannya. “Udah ya, Sun… Jangan lebih dari ini.” Ibuku memohon.

Sebenernya nafsu sudah sangat di ujung. Aku ingin sekali menyetubuhi ibuku malam ini. Aku ingin merasakan kontolku dijepit dan diempot-empot oleh memek ibuku. Tapi aku juga tidak tega melihat ibuku. Kulihat di ujung matanya ada airmata yang jatuh. Wajahnya terlihat sedih dan lemas.

“I-iya, mak… Maaf, Basun khilaf.” Lalu aku bergeser ke samping ibuku.

“Gak apa-apa, Sun. Emak juga khilaf tadi.” jawab ibuku sambil mengenakan kembali dasternya lalu kembali berbaring di sampingku.

“Mak gak marah kan?”

“Enggak, Sun… tapi emak mohon kamu jangan berpikiran macem-macem ya ke emak. Kita udah dosa melakukan beginian. Jangan sampe kebablasan kamu mau begituan sama emak.”

“Iya, mak… Basun gak bakal mikir gitu lagi. Tapi kalo kayak tadi lagi boleh gak, mak?”

Ibuku terdiam.

“Basun mau bikin enak emak pake tangan Basun. Masa Basun mulu yang dibikin enak sama emak. Basun tau emak udah lama gak ketemu bapak. Emak tadi enak kan Basun kocokin memeknya?”

“Ih, kamu ini… sok tahu, masih kecil.”

“Basun udah umur 24, mak. Basun udah ngerti kok,”

“Ya udah… kalo Basun mau gitu lagi boleh deh. Tapi pake tangan aja ya. Emak enak juga kok Basun gituin tadi.”

“Nah, bener kan, mak. Jadi emak bisa bikin puas Basun, Basuk juga bisa bikin puas emak.”

“Ah, kamu ini.. Ya udah, sini burung kamu, mau diurutin gak?”

“Mau dong, mak… mumpung masih ngaceng nih, mak, hehehe.” jawabku cengengesan.

“Sun, Sun… dasar anak nakal.”

Akhirnya malam itu batang zakarku diurut emak lagi dan ejakulasi untuk yang kedua kalinya. Setelah itu kami berdua langsung tertidur lelap. Mungkin kecapekan karena saling memuaskan dengan tangan tadi.

Kini hubunganku dengan ibuku sudah semakin jauh. Yah, meski ibuku menolak untuk aku setubuhi tadi, tapi aku rasa aku bisa membawa keintiman tubuh kami ke tahap yang lebih tinggi. Tubuh ibu dan anaknya sendiri yang kini setiap malam tidur seranjang telanjang dan saling memuaskan kemaluan masing-masing dengan tangan.

Naluriku masih buas. Nafsuku belum tuntas hanya dengan ini… Aku ingin lebih dari ini, mak…Aku terbaring lemas di ranjang tidur ini. Pikiranku melayang-layang. Disampingku terdengar suara dengkur ibuku yang sedang tertidur. Tertidur pulas dengan daster putih tipis yang terbuka bagian atasnya. Menampakan buah dadanya yang berlapis air liur. Buah dada yang baru saja habis aku cumbui.

Namaku Basun. Umurku 23 tahun. Tubuhku gemuk dan agak pendek. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan. Sehari-hari aku bekerja di ladang keluargaku atau kerja serabutan lainnya. Aku tinggal hanya bersama ibuku di sebuah rumah kecil di dekat ladang kami. Bapakku pergi merantau ke luar pulau dan sampai kini tak jelas kabarnya. Sedang kakak lelakiku tinggal di kota bersama istrinya dan adik perempuanku yang menumpang disana agar bisa melanjutkan kuliah.

Ibuku sudah berumur 42 tahun. Tubuhnya agak kurus dan berkulit kuning langsat. Perutnya agak sedikit membuncit dengan payudara yang sudah agak kendor. Ibuku biasanya juga berkerja di ladang atau kadang menjual hasil ladang kami ke pasar.

Sejak dulu hubungan antara aku dan ibuku mungkin agak berbeda dengan anak-ibu yang lainnya. Jika anak lainnya sudah berhenti menyusu dengan ibunya saat berumur 1 atau 2 tahun, aku hingga saat ini masih saja menyusu dari ibuku. Saat aku masih kecil dan ada ayah dulu, sebenarnya beliau sudah melarangnya, tapi aku jadi sering menangis hingga demam.

Akhirnya ibu meneruskan untuk menyusuiku. Kakak dan adikku juga sering meledekiku ‘bayi raksasa’ karena masih saja menyusu dari ibu. Tapi kini hanya kami berdua di rumah. Aku tidak perlu khawatir lagi dengan ledekan mereka. Ibuku juga tidak keberatan menyusuiku.

Dalam sehari, aku bisa beberapa kali menyusu pada ibuku. Aku yang sekarang tidur seranjang dengan ibuku karena kasur lamaku sudah rusak biasanya minta menyusu pada ibu saat bangun tidur. Aku suka bau ibu saat baru bangun, agak masam tapi entah kenapa aku jadi sangat menyukainya. Setelah puas biasanya kami lanjut untuk siap-siap ke ladang.

Jika ibu ikut pergi ke ladang, aku juga suka minta menyusu saat makan siang. Ladang kami agak jauh dari pemukiman sehingga tidak perlu khawatir ada yang melihat. Kadang aku sudah merasa kenyang hanya dengan menyedot susu dari payudara ibuku tanpa makan nasi atau yang lainnya. Tubuh ibu yang berkeringat membuat nafsuku menyusu sangat besar, bisa sampai 30 menit aku menyusu.

Saat malam sebelum tidur, aku kembali menyusu. Ibuku selalu menurunkan dasternya sedada dan membiarkan aku menghisap payudaranya sampai aku tertidur pulas. Seringkali aku tertidur dengan pentil ibu yang masih ada di mulutku. Jika malam-malam terbangun, aku juga akan selalu menyusu pada ibuku untuk menghilangkan haus.

Entah kenapa, payudara ibu selalu mengeluarkan susu. Mungkin karena setiap hari tak pernah berhenti aku hisap. Ibu pernah beberapa kali minta aku untuk berhenti. Malu katanya, masak aku sudah besar segini masih disusui. Ibu juga bilang payudaranya jadi kendor karena jarang pakai BH. Aku memang tidak suka ibu memakai BH, karena jadi susah jika ingin netek.. Tapi ibu selalu tak sampai hati jika melihat aku ngambek, jadi beliau akhirnya selalu membolehkannya.

Aku pun rasanya tidak pernah puas menyusu dari ibuku. Tetek ibuku tidak besar, mungkin hanya 32B dan sudah kendor pula. Putingnya agak panjang (mungkin karena selalu aku sedot) dan warnanya coklat kehitaman. Rasa air susu ibuku agak tawar-tawar manis.

Pernah beberapa kali terasa agak sepat. Tapi aku selalu menyukainya. Mungkin karena masih menyusu pada ibu, walau kami tergolong keluarga miskin, tubuhku bisa gemuk dan perutku buncit. Sayangnya tidak bertambah tinggi, hehehe.

“Ah…” jerit ibuku.

“Kenapa, mak?”

“Pelan-pelan dong, Sun, neteknya. Jangan digigit pentil emak. Sakit.”

“Hehehe.. Iya, mak. Abis Basun lagi haus banget,”

“Tadi sore kan udah netek, masa masih haus, Sun?”

Aku sedang di ranjang dan menetek pada ibuku. Sudah jam 10 malam. Dan karena rumah kami memang tidak ada listrik, hanya ada penerangan dari lampu petromaks di kamar ini. Ibuku mengenakan daster batik tanpa lengan dan bagian atasnya sudah kupelorotkan ke bawah. Ibuku tidur menyamping menghadap ke arahku, membiarkan buah dadanya yang kanan kiri bergantin aku hisapi.

Aku tidur hanya pakai celana kolor saja, karena memang kamar ini agak sumpek dan pengap.Sambil menghisap tetek ibu yang sebelah kiri, aku iseng meremas-remas tetek ibu yang sebelah kanan sambil memainkan putingnya dengan jariku.

“Sun, tetek emak jangan digituin ah. Emak ngilu.”

“Hmmm.. Hmm…” Aku tidak menjawab karena mulutku masih sibuk melumat pentil susu ibu. Tapi aku tak menghentikan remasan tanganku.

Terdengar dengkur suara ibu, sepertinya dia sudah tertidur. Aku pun juga sudah kenyang menyusu. KUjauhkan mulutku dari buah dada ibu. Putingnya terlihat basah berlumuran air liurku. Mataku sebenarnya sudah mengantuk,tapi aku tidak bisa tidur.

Akhir-akhir ini entah rasanya batang zakarku selalu mengeras jika sedang netek pada ibu. Sebenarnya dari aku kecil dUlu, ini pernah terjadi. Tapi saat ini rasanya sudah berbeda. Akhirnya aku pergi ke kamar mandi di belakang, aku mau onani saja biar nafsuku ini hilang.

Saat mencari sabun di kamar mandi untuk pelicin saat onani nanti, aku tanpa sengaja menemukan celana dalam ibu di tumpukan baju yang belum dicuci. Saat kupegang, ada bagian yang agak lembab, lalu iseng saja aku cium baunya. Dan ternyata, ah… baunya sangat aneh, agak masam dan apek, tapi aku malah jadi sangat bernafsu ingin onani.

Karena sabunnya tidak ketemu, akhirnya aku beronani dengan membasahiku kontolku dengan air liurku. Aku duduk di lantai kamar mandi, mengocok kontolku dengan tangan kananku sambil menghirup aroma celana dalam ibuku yang kepegangi ke wajahku.

Rasanya begitu nikmat, apa mungkin ini yang namanya bau wanita. Rasanya ingin cepat-cepat kukeluarkan air maniku. KUpercepat kocokan di kontolku. Mataku terpejam menahan kenikmatan.

“Sun… Sun…”

Hah? Kudengar suara ibu memanggilku. Kubuka mataku dan benar saja, ibu sedang berdiri di depanku.

Sialnya aku sudah hampir orgasme dan tak tertahankan. Kontolku berkedut-kedut dan memuncratkan air mani yang begitu putih dan kental di hadapan ibu. Aku hanya bisa menatap kosong melihat cairan pejuku jatuh di dekat kaki ibu, ada juga yang mengenai kakinya.

Rasanya begitu malu dan menyesel, terlihat sedang telanjang bulat sambil onani di hadapan ibu sendiri. Sial benar, memang kamar mandi kami tidak ada tutupnya, hanya ada triplek yang menutupi pintu masuk.

“Udahan kan? Balik ke kamar sana. Emak mau pipis.”

Lalu aku berdiri dan mengambil celana kolorku tapi tak langsung kupakai, masih sambil tetap telanjang, aku berjalan keluar dari kamar mandi.

“Sun.. dibilas dulu itu peju kamu. Nanti lengket di celana.”

Duh, aku sangat malu. Akhirnya aku berbalik kembali ke kamar mandi dan mengambil segayung air lalu membilas kontolku. Setelah itu aku kembali ke kamar…

Pelan aku berjalan kembali ke ranjang. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Aku kepergok sedang onani dan mengeluarkan mani di depan ibuku sendiri. Ditambah lagi sambil menciumi celana dalamnya. Rasanya aku tak berani menatap wajah ibuku.

Lebih baik aku berpura-pura tidur saja. Kudengar suara langkah ibuku kembali dari kamar mandi. Aku pura-pura tidur sambil menghadapkan wajahku ke tembok. Ibu kembali berbaring di ranjang. Beberapa saat terasa sangat hening.

“Sun… Basun…” suara ibuku memanggil sambil menyentuh bahuku.

“Eh.. Iya, mak.” jawabku sambil membalikan badanku ke arah ibu.

“Kamu tadi abis coli ya?”

“Enggg.. Iya, mak. Maap, mak, Basun udah gak tahan.” Wajahku memanas. Rasanya begitu malu menjawab pertanyaan ibuku.

“Ga papa, Sun. Gak usah malu. Kamu kan emang udah gede. Wajar begituan.” jawab ibukku.

“I-iya, mak.”

“Tapi kok tadi emak liat kamu cium-ciumin kancut emak. Buat apaan, Sun? Udah sering begitu?”

“Eh… enggak, mak, itu… itu… iseng aja tadi. Baru pertama kok, mak.”

“Ih, kamu, Sun. Kan jorok itu. Bau.”

“Tapi baunya enak kok, mak. Basun seneng baunya.” aku keceplosan.

“Ih… kamu aneh, masa bau kancut emak dibilang enak. Ya udah ga papa. Kamu gak usah malu sama emak. Emak ngerti kok. Nah kalau kamu emang demen cium-ciumin kancut emak ya udah ga papa. Nanti emak pisahin di ember. Tapi inget, jangan sampe kena peju kamu, Sun. Ntar kotor.”

“I-iya, mak. Makasih ya, mak.” Perasaanku jadi sedikit lega. “Mak, Basun boleh netek lagi gak, mak? Haus nih.” sambungku.

“Kamu itu, Sun… gak ada puasnya netek sama emak. Ya udah nih,” jawab ibuku sambil menurunkan dasternya sampai ke perut.

Kupandangi puting susu ibuku yang panjang dan keliatannya tegang. Kujilat-jilat beberapa kali dan selanjutnya kusedot sampai mengeluarkan susu. Tanganku meremas payudara ibu yang satunya lagi. Ibuku sudah tidak keberatan. Kulihat ibu memejamkan mata, mungkin masih mengantuk. Akhirnya aku menyusu sampai tertidur.

Pagi hari saat bangun, ibu sudah tidak ada di sebelahku. Mungkin sudah mandi. Yang ada hanya sebuah celana dalam warna krem yang sudah agak tipis. Kuambil celana dalam tersebut dan kucium baunya. Ini sama seperti celana dalam ibu yang kucium semalam. Berarti ini punya ibu.

Lalu ibu masuk ke kamar hanya mengenakan handuk yang menutupi badannya. “Udah bangun, Sun?”

“Eh… iya, mak.” jawabku kaget karena aku masih memegang celana dalam ibuku.

“Itu kancut yang abis emak pakai semalem. Terserah kalau kamu mau cium-ciumin. Emak gak ke kebun ya, mau bantu-bantu Bu RT, lagi mau ada hajatan.”

“Iya, mak. Ma-Makasih, mak.”

“Ya udah, buruan mandi sana. Udah siang, ntar panas di kebun.”

Lalu aku segera bangkit ke kamar mandi. Kucium-ciumi celana dalam ibuku ini. Wanginya langsung membuat birahiku naik dan kontolku mengeras. Celana dalam ini baru saja menempel di kemaluan ibuku. Baunya masih sangat fresh.

Bahkan aku lihat agak sedikit basah di bagian depannya. Apa ibuku pipis sedikit di celana dalam ini? Ah, aku sudah tak tahan. Langsung saja kambil sabun, kubasahi dengan air lalu kukocok kontolku dengan cepat. Kucium terus celana dalam ibuku. Aku ingin menghirup semua baunya sampai habis.

Dan tanpa sadar aku sudah menjilati celana dalam tersebut sampai basah dengan air liurku. Kubayangkan kalau yang sedang kujilat ini adalah memek ibuku. Rasanya aku sudah hampir orgasme, lalu kupakai celana dalam itu untuk mengocok kontolku. Sampai akhirnya…

“Ahh… ahh…” Kukeluarkan semua airmaniku di celana dalam ibuku. Celana dalam itu sudah sangat basah oleh air liur dan maniku. Ah, ibu pasti marah karena semalam dia bilang jangan sampai kena air maniku. Tapi sudahlah, emak pasti mengerti. Kutaruh celana dalam tersebut ke ember cucian lalu aku lanjut mandi dan segera berangkat ke kebun.

Sudah semingguan ini ibuku selalu memberikan celana dalam yang dia habis pakai kepadaku tiap pagi dan sore. Ibuku biasanya meletakkan celana dalamnya yang baru dipakai di samping kasur. Pernah malah sekali saat di kamar, ibuku melepaskan celana dalamnya dan langsung memberikannya kepadaku.

Tapi aku tidak bisa melihat kemaluan ibuku karena dia memakai daster yang panjang saat itu. Dan karena itu aku jadi beronani hingga beberapa kali dalam sehari. Aku sangat terangsang dengan aroma yang tertinggal di celana dalam ibuku. Apalagi jika ada cairan-cairan yang tertinggal.

Awalnya ibukku sempat marah karena air maniku selalu membasahi celana dalamnya yang kupakai untuk mengocok kontolku. Tapi lama-lama ibuku sudah tidak masalah lagu.

Dan dua hari kemarin, ibuku pulang dari pasar dan membelikanku minyak bulus. Kata ibuku ukuran kontolku agak kecil, jadi aku disuruh untuk menggunakan minyak itu saat onani sambil diurut-urutkan ke batang zakarku. Mungkin ibuku melihat kontolku saat aku kepergok sedang onani dulu. Ukuran kontolku memang agak kecil, apalagi ditambah dengan perutku yang gendut. Duh, aku jadi malu. Tapi sekaligus bahagia karena ibu sangat memperhatikanku.

Malam ini seperti biasanya aku dan ibuku sudah di ranjang. Tapi aku sudah kembung karena tadi sore sepulang dari ladang aku sudah netek sampai hampir 1 jam, jadi kami hanya mengobrolkan hal-hal yang kami alami hari itu.

“Sun, Emak lihat kamu dalam sehari bisa 2 sampe 3 kali coli. Emang gak lemes badan kamu?”

“Eh, enggak, mak. Abis kalo ditahan-tahan malah jadi sakit, mak. Nyeri gitu burung Basun.”

“Ah, dasar kamu. Ya udah, besok emak beliin telur ayam kampung sama madu deh di pasar. Biar badan kamu tetep seger.”

“Iya, boleh, mak. Makasih, mak.”

“Oh iya, gimana minyak bulusnya, udah ada hasilnya?” tanya ibuku

“Eng… belum keliatan, mak. Cuma emang burung basun jadi lebih keras kalo lagi berdiri.”

“Kamu ngurutnya gak bener kali, Sun.”

“Basun biasanya sih urut-urut biasa aja, mak.”

“Ya udah sini, coba emak liat burung kamu. Sekalian emak contohin ngurutnya. Dulu burung bapak kamu juga kecil. Tapi emak urutin pake itu minyak jadi gede.”

“Ngg… nggak usah, mak.” aku sangat kaget. Ibuku mau lihat dan memijat kontolku?

“Kenapa emang, Sun? Kamu malu sama emak? Enggak usah malu, Sun. Emak kan ngurusin kamu dari kecil. Masa malu? Lagian emak juga udah pernah liat punya kamu kan.”

Aku melihat wajah ibuku. Matanya memandang ke arahku dengan tajam.

“Ya udah deh, mak.” kataku pada akhirnya.

Aku perlahan mulai menurunkan celana kolorku dalam keadaan berbaring. Sebenernya aku agak canggung karena sedari tadi Burungku sudah berdiri. Begitu diturunkan, kontolku langsung mengacung tegak keluar dari celana kolorku.

Memang tidak panjang, hanya sekitar 13 cm. Tapi kontolku cukup tebal diameternya dan kali ini ereksinya sangat kuat. Ada sedikit cairan bening yang sudah keluar di ujung kontolku. Aku lihat wajah ibuku. Dia sempat seperti menelan ludah dan memandang kontolku dengan serius.

“Udah nih, mak.” suaraku memecah kesunyian diantara kami.

“Eh, iya. Minyaknya mana, Sun?”

“Itu, mak, di atas meja.”

Emakku langsung mengambil minyak dan kembali ke ranjang. Aku mengambil posisi duduk agar lebih nyaman. Ibuku mengambil posisi duduk di sampingku.

“Kok ini burung kamu udah berdiri aja sih, Sun? Mikiran apa hayoo.” canda ibuku sambil menuangkan minyak bulus ke tangannya.

“Enggak tau nih, mak. Tiba-tiba aja bediri gini.”

“Ya udah, emak urutin ya.” ucap ibuku sambil menuangkan minyak itu ke kepala kontolku.

Kemudian… Ah, Ibuku tiba-tiba saja langsung menggenggam kontolku dengan kedua tangannya. Tangan kirinya kemudian meremas-remas ujung atas sampai kepala kontolku, sedangkan tangan kanannya meremas dasar kontolku. Pijatannya agak keras.

Kedua tangannya berganti-gantian turun naik di sepanjang batang zakarku. Saat memegang kepala kontolku, ujung jempol tangan ibuku memijat lubang kencingku dan mengurut bagian sensitif yang ada di bawahnya.

“Hemm… hemm… ahh…” hanya itu yang keluar dari mulutku sambil diiringi nafasku yang berat.

“Gimana, Sun, enak kan? Gini cara mijet yang bener biar burung kamu jadi tambah gede.”

“Iya, mak. Enak, mak.” Mataku sampai merem melek saking nikmatnya.

Ibuku terus mengulangi gerakan pijatannya. Lalu kemudian tangan kanan emak turun dan meremas buah zakarku. Seketika itu juga rasanya air maniku ingin segera keluar. Pijatan ibu di biji zakarku langsung membuatku orgasme.

“Mak… udah, maak.” ucapku dengan suara yang bergetar mencoba menahan agar maniku tidak keluar.

“Keluarin aja, Sun. Ga papa kalo gak tahan.” Sepertinya ibuku tahu kalau aku akan orgasme.

“Aaaah…” Badanku menggelinjang. Bergetar-getar kuat. Kontolku berkedut-kedut dan memuncratkan air maniku yang cukup banyak. Muncratan pertamaku malah sampai mengenai daster ibuku di bagian dada. Sisanya lumer membasahi kedua tangan ibuku.

Kontolku masih berkedut-kedut merasakan kenikmatan orgasme barusan. Dan tangan ibuku juga masih meremas dan memijat kontolku yang sudah mulai layu. Kali ini minyak bulus sudah bercampur dengan air maniku sehingga membuat tangan ibuku jadi terasa makin licin.

“Peju kamu banyak bener ini, Sun. Tuh sampe kena daster emak, berceceran juga ini di seprei kasur.” ucap ibuku sambil melepaskan pijatannya dari batang zakarku.

“Iya, mak. Abis pijetan emak enak bener.” jawabku malu-malu.

“Ya udah. Emak mau cuci tangan dulu. Itu biarin aja dulu burung kamu biar minyaknya meresep. Jangan pake celana dulu.” Lalu ibuku pergi ke kamar mandi.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Aku baru saja dibantu onani oleh ibuku sendiri. Rasanya aku masih bisa merasakan kehangatan pijatan kedua tangannya di batang zakarku. Kontolku sudah menciut. Dan campuran minyak dengan mani membuatnya sangat lengket. Tapi entah kenapa, rasanya gairahku belum tuntas.

Emak kemudian kembali dari kamar mandi. Tangannya sudah dicuci, tapi sepertinya dia lupa dengan cipratan maniku yang mengenai dasternya. Aku masih bisa melihat tetesan maniku di bagian daster dadanya. Emak kemudian berbaring di sampingku.

“Lelaki itu harus bisa muasin bininya nanti, Sun. Jadi kamu harus rutin ngurut burung kamu biar cepet gede.”

“I-iya, mak. Tapi, mak, kayaknya Basun gak bisa mijet sendiri kayak gitu. Emak mau kan mijitin Basun lagi nanti?”

“Ya udah, Sun. Tapi besok-besok kalo mau keluar kamu tahan dulu ya. Biar gak muncrat-muncrat kayak tadi. Nanti emak bawain kain lap buat nampung peju kamu.”

“Iya, mak. Oya, mak… Basun mau netek lagi, mak. Jadi haus abis ngeluarin tadi.”

“Ya udah sini.” Emak langsung menurunkan daster bagian lehernya dan menggelontorkan payudaranya yang sebelah kiri. “Isepnya yang pelan-pelan aja ya, Sun. Emak udah ngantuk, mau tidur.”

Aku langsung saja menyambut putingnya yang tegak dengan bibirku. Kujilat-jilat dan kumainkan dengan lidahku. Ibuku seperti berdehem dan memejamkan kedua matanya. Lalu kuhisap putingnya kuat-kuat sampai susunya muncrat membasahi kerongkonganku. Rasanya begitu nikmat. Gurih dan segar. Badanku yang lemas sehabis orgasme tadi jadi segar kembali. Bahkan kontolku jadi kembali ereksi.

Payudara kirinya terus kuhisapi sambil tanganku meremas payudaranya yang kanan yang masih berlapis daster. Sepertinya hisapanku terlalu kuat hingga ibuku jadi terbangun dari tidurnya.

“Eeeeh… pelan-pelan, Sun…”

Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku sangat bergairah mencumbui payudara ibuku. Rasanya ingin kusedot hingga susu di payudara ibuku habis. Dan tanpa sengaja, kontolku yang sudah ereksi menyenggol tangan ibuku. Ibuku langsung refleks melihat ke arah kontolku yang tepat berada di telapak tangannya.

“Kok bangun lagi ini, Sun. Belum keluar semua emang?”

“Iya nih, mak.. Boleh lagi gak, mak? Basun kepengen keluar lagi.”

Tanpa menjawab apa-apa, ibuku langsung mengenggam batang zakarku dengan satu tangannya dan mulai mengocoknya naik-turun. Untung masih ada sisa-sisa minyak dan air mani tadi sehingga masih terasa licin. Emak menaik-turunkan genggaman tangannya sambil jempolnya memijat-mijat lembut ujung kontolku. Sesekali dengan gerakan memutar.

Aku yang semakin bernafsu makin buas menyantap payudara ibuku. Kutarik belahan dasternya hingga terdengar sedikit suara sobekan kain. Lalu ketarik keluar payudara kanannya. Kumainkan putingnya dengan telunjuk dan jempolku. Kuputar-putar sambil sesekali kucubit pelan. Lalu aku dorong putingnya ke arah dalam. Air susu ibuku mulai menetes dari putingnya yang kumainkan. Mulutku juga terus menyedot susu ibuku sambil sesekali menggigit putingnya.

Ibuku makin mempercepat kocokannya. Terdengar ibuku seperti merintih, mungkin karena payudaranya kumainkan. Tapi karena keasyikan bermain dengan payudaranya, aku jadi lengah dengan pertahanan maniku. Kantong zakarku sudah berkedut-kedut ingin mengeluarkan air mani lagi. Dengan refleks, kumajukan punggungku sampai ujung kontolku menekan paha ibuku lalu kumuncratkan semua air maniku.

“Crut… crut… cruut…” Kali ini air maniku tidak sebanyak yang tadi. Keluarnya juga tidak memuncrat karena kutekan ke paha ibuku.

Ibuku lalu melepaskan tangannya dari kontolku dan menyentuh pahanya yang terkena air maniku. Ia mengusap air maniku yang lengket di tangannya. “Ih, Basun… jorok ah kamu. Kan jadi kotor nih,” ucap ibuku.

“Maaf, mak. Basun refleks.” ucapku malu. Aku tidak berani menatap wajah ibuku.

“Ya udah, kan udah puas. Emak mau tidur ya. Kamu juga langsung tidur, nanti kesiangan.” Ibuku langsung membalikan badannya sehingga memunggungiku. Dia tidak membersihkan air maniku yang berceceran di pahanya. Mungkin dia sudah sangat mengantuk.

Aku pun terbaring lemas. Dua kali aku keluar di tangan ibuku. Ditambah kenyang sekali sambil menyusu tadi. Zakarku mulai menciut. Aku pun sudah mengantuk. Aku tertidur tanpa memakai apapun. Sejuk sekali rasanya kontolku. Kupejamkan kedua mataku. Rasanya ada perasaan sangat lega. Aku tak sabar menunggu esok hari. Menunggu pijatan ibuku di batang zakarku.

Atau…. mungkin lebih dari itu…

Sudah semingguan ini tiap malam batang zakarku selalu diurut minyak bulus oleh ibuku. Kami selalu melakukannya di atas kasur saat malam hari menjelang tidur. Sambil aku menyusu pada ibuku, tangan ibuku dengan telaten menguruti kontolku sampai aku orgasme.

Dalam semalam, aku bisa sampai 1-2 kali keluar saat diurut ibuku. Kadang air maniku keluar di tangan ibu atau terkadang sengaja aku tempelkan kontolku pada paha ibuku agar keluar disana. Karena itu rasanya ranjang tidur kami berbau masam karena air maniku yang sering berceceran di kasur.

Oya, sepertinya minyak bulus ini cukup berkhasiat, rasanya beberapa hari ini kontolku sudah sedikit bertambah panjang, sekitar 2 cm. Dan terasa bertambah keras saat ereksi. Dan juga bulu-bulu kemaluanku menjadi semakin lebat hingga mulai naik ke arah perut. Mungkin selain khasiat dari minyak bulus, ini juga hasil dari pijatan tangan ibuku yang penuh kasih sayang.

Malam ini seperti biasa aku dan ibuku sudah berbaring di ranjang. Ibu belum mengganti seprai kasur ini beberapa hari, sehingga bau spremaku sangat tercium jelas. Hal ini membuat nafsuku langsung naik dan ingin segera minta diuruti lagi oleh ibuku. Aku sudah telanjang dan emak hanya memakai daster pendek yang bagian dadanya sudah aku turunkan agar bisa menyusu.

“Mak, urutin burung Basun sambil Basun netek ya.” ucapku sambil memberikan minyak bulus ke ibuku.

“Ya udah sini, emak urutin.”

Aku langsung melahap payudara ibuku dan dia mulai mengusap-usap kontolku dengan minyak bulus. Mungkin karena hari ini aku terlalu lelah bekerja di ladang, baru sebentar saja hampir aku ejakulasi. Langsung kujauhkan pinggulku dari ibuku hingga tangannya lepas dari kontolku.

“Kenapa, Sun?” Ibuku sepertinya agak kaget.

“Enggak papa, mak. Gak tahu nih, baru bentar udah mau keluar tadi.” jawabku malu.

“Kamu kecapekan kali, Sun. Ya udah, netek dulu aja sini. Ntar klo udah segeran, emak urutin lagi.”

Aku langsung mendekati lagi ibuku dan mulai menyusu. Lama-kelamaan ternyata kontolku keras lagi. Dengan perlahan kumajukan pinggulku hingga ujung kontolku mengenai paha ibuku yang dilapisi daster. Dengan perlahan kugesek-gesek kontolku ke paha ibuku, kucoba menggeser bagian daster yang menutupi pahanya hingga kini kepala kontolku bisa langsung bergesekan dengan paha ibuku.

“Udah mau diurut lagi, Sun?” tanya ibuku.

“Gini aja dulu, mak.” jawabku sambi masih asyik menggesek-gesekkan kontolku.

Ibuku hanya diam saja.

“Mak, dasternya lepas aja ya. Takut entar kena peju Basun. Kesian emak nyuci mulu.”

“Ih, enggak ah, Sun. Masak emak telanjang di depan kamu.”

Aku langsung menghentikan gesekan kontolku. Dan mengambil posisi duduk.

“Kenapa, Emak malu? Basun tiap malem telanjang gak apa-apa. Emak sendiri yang bilang gak usah malu.” ucapku agak marah.

“Tapi, Sun…”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, aku langsung membuang muka dari ibuku.

“Ya udah kalo Basun mau emak buka daster.” ucap ibuku tiba-tiba.

Kulirik sedikit ibuku. Perlahan dia melepaskan dasternya melalui bagian atas lehernya. Sekarang ibuku hanya mengenakan celana dalam saja. Kupandangi seluruh tubuhnya. Walaupun sebenernya aku sudah sering melihat ibuku telanjang saat aku mengintipnya mandi, tapi ini rasanya berbeda. Ibuku hanya mengenakan celana dalam tepat di depan mataku.

Kulihat perut ibuku, sudah agak buncit dan bergelambir. Lalu kuturunkan pandanganku. Ibuku memakai celana dalam berwarna krem. Mungkin karen sudah terlalu lama dipakai dan sering dicuci, celana dalam itu jadi terlihat tipis. Aku bisa melihat samar-sama bulu kemaluan emak yang menutupi memeknya.

Ya, bulu kemaluan ibuku ternyata sangat lebat dan hitam. Mungkin ibuku tidak pernah mencukurnya. Bahkan dari bagian samping-samping pangkal pahanya, ada bulu-bulu yang menyempil keluar dari celana dalamnya.

Kubaringkan tubuhku perlahan lalu kujamahi lagi payudara ibuku sambil mulai menggesek-gesekkan kembail kontolku di pahanya. Tangan kananku kupelukkan ke perut ibuku. Sambil menghisap payudara ibuku kuat-kuat, kunaik-turunkan badanku. Paha ibuku sudah mulai agak licin karena pre-cum yang keluar dari kontolku. Kugesek-gesekan kontolku dengan kuat.

Kulihat ibuku hanya memejamkan kedua matanya. Aku rasa dia juga menikmatinya. Saat rasa-rasanya air maniku sudah mau keluar, kuhentikan gesekanku. Aku tidak mau orgasme dulu. Aku mau sesuatu yang lebih malam ini.

“Mak… Basun boleh cium memek emak gak?” ucapku sambil mengelus payudara ibuku.

Ibuku membuka matanya. “Ih, kok kamu aneh-aneh aja, Sun. Gak boleh ah. Jijik.”

“Tapi Basun pengen cium baunya, Mak. Basun kangen baunya.”

“Kan tadi sore emak udah kasih kancut emak ke kamu. Ciumin itu aja gih.”

“Ah bosen, mak. Basun mau langsung cium dari sumbernya,”

Ibuku terdiam sambil menatap dalam kepadaku. “Gini aja ya, Sun…” Emak kemudian kulihat memasukkan tangannya ke balik celana dalam melalui atas. Beberapa saat dia menggesek-gesekkan tangannya disana. Lalu dia keluarkan tangannya dan mengarahkannya ke wajahku.

“Cium ini aja ya, Sun. Emak abis masukin ke memek emak. Baunya nempel disini.” Ibuku menonjolkan jari tengah dan telunjuknya sehingga seperti membentuk posisi tangan “peace”. Kulihat kedua jarinya itu basah. Seperti ada lendir yang melapisinya.

Kudekatkan hidungku. Ahh… baunya sangat nikmat. Baunya sama seperti celana dalamnya yang sering kucium, tapi ini baunya lebih kuat menyengat, lebih fresh. Kupegang tangan emak itu lalu kutempelan sangat dekat ke hidungku. Kuhirup aromanya kuat-kuat.

Dan refleks, kujilati lalu kumasukan kedua jari ibuku itu ke mulutku. Kujilati semua lendir yang ada di jarinya lalu kuhisap kuat-kuat. Ibuku sempat hampir mau menarik tangannya, tapi genggaman tanganku lebih kuat sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah puas, kukeluarkan jari ibuku dari mulut.

“Ih, Basun… kok dijilat-jilat? Jijik banget, Sun.” ucap ibuku sambil melihat kedua jarinya yang kini berlumuran air liurku.

“Abis enak banget, mak, baunya. Lagi dong, mak. Gesekin di memek emak yang lamaan dikit biar lendirnya banyakan.”

“Ih, kamu itu, Sun. Dasar anak aneh.”

Ibuku kembali memasukkan jarinya ke balik celana dalam. Dia gesek-gesek agak lama lalu dia berikan lagi kepadaku. Kali ini memang sepertinya lebih banyak cairan yang menempel di jarinya. Lalu kulahap lagi seperti tadi. Lalu terpikir sesuatu olehku, aku ingin mencoba lebih jauh.

“Mak, pakai jari Basun aja ya?”

Ibuku hanya diam memandangiku. Lalu tiba-tiba dia memegang telunjuk tangan kananku dan mengarahkan ke celana dalamnya. Aku menurut saja sambil terdiam. Kemudian jariku dimasukkan ke celana dalamnya. Aku bisa merasakan bulu jembut ibuku yang agak kasar dan lebat itu.

“Pelan-pelan ya, Sun,” ucap ibuku tiba-tiba.

Lalu dia mengarahkan telunjukku mengenai sesuatu yang agak basah dan lembab. Kemudian ditekan perlahan hingga jariku serasa dijepit oleh kulit yang basah dan berlendir. Ah.. jariku sepertinya sudah masuk ke memek ibuku. Lalu jariku dibuat melakukan gerakan mendorong lebih ke dalam memeknya. Seluruh telunjukku sekarang sudah masuk. Rasanya begitu lembab dan berlendir. Jariku rasanya juga seperti dipijat-pijat oleh gerakan otot memeknya yang dibuat seperti mengempot-empot.

“Udah masuk tuh, Sun.”

Kulihat wajah ibuku. Nafasnya terengah-engah. Matanya agak menyipit. Wajahnya berkeringat. Kuelap keringat di dahi ibuku dengan tanganku yang satunya lagi.

“Biarin di dalem dulu ya, mak.” ucapku. Perlahan kumaju-mundurkan telunjukku di dalam liang memeknya. Kubengkokkan telunjukku hingga seperti posisi ingin mencongkel sesuatu.

“Ehmmm… Mmmmm…” Hanya itu yang keluar dari mulut ibuku.

Tanpa menanyainya lagi, perlahan kuselipkan juga jari tengahku ke memeknya. Memeknya sudah sangat basah sehingga jariku bisa masuk dengan sangat mudah. Kumaju-mundurkan sambil kucongkel-congkel memek ibuku. Ibuku sepertinya keenakan karena terus mengoyang-goyangkan kedua pangkal pahanya. Karena gerakannya itu, celana dalamnya sekarang sudah turun ke arah pahanya. Hingga kini aku bisa melihat memek ibuku dengan sangat jelas.

Kuambil posisi berlutut di depan memek ibuku. Sambil tetap menusuk-nusuknya dengan jari, kuperhatikan memeknya. Kusibakkan bulu jembutnya yang lebat hingga kini aku bisa melihat bibir memek ibuku. Memek itu sudah agak bergelambir dan bibir memeknya juga sudah menyembul keluar. Warnanya agak coklat kehitaman. Wajarlah, ibuku sudah tiga kali melahirkan dan umurnya juga sudah kepala empat. Mungkin memek ibuku juga dulu sudah sangat sering dihajar oleh bapakku.

Kulihat ibuku terus menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya seperti sedang menahan kenikmatan. Kini tangan ibuku memelintir kedua puting susunya sendiri. Kupercepat gerakan jariku di liang memeknya. Kontolku juga sudah sangat keras. Sekalian onani aja ah, pikirku.

Tanganku yang satunya lagi akhirnya mengocok-ngocok sendiri kontolku. Ibuku hanya pasrah saja melihatnya. Kedua tangan terus-menerus mengocok, yang satu di memek ibuku dan yang satu lagi di batang kontolku.

“Sun.. Sun.. udah, Sun.. Emak udah gak kuat..” tiba-tiba ibuku meracau. Tangannya berusaha menghentikan gerakanku di memeknya, tapi tenaganya kurang kuat.

Kumaju-mundurkan jariku lebih cepat. Tiba-tiba jariku rasanya dijepit sangat kuat oleh memek ibuku, lalu terasa seperti disiram cairan dari dalam memeknya. Tubuh ibuku mengejang-ngejang dan matanya terpejam. Sepertinya ibuku sudah orgasme.

Beberapa saat kubiarkan jariku tetap disana sambil merasakan sisa-sisa kedutan dari memek ibuku. Tubuh ibuku sudah tenang dan sepertinya terkulai lemas. Kukeluarkan jariku dari memeknya. Banyak sekali cairan yang ikut di jariku. Cairannya sangat lengket, kental dan berlendir, tapi warnanya agak bening.

Kuoleskan cairan ibuku itu ke kontolku sambil tetap mengocok-ngocoknya. Kumasukkan lagi jariku ke memek ibu hanya untuk mengambil cairannya kembali lalu kugosokkan lagi ke kontolku. Ibuku hanya bisa melihatnya pasrah.

Setelah beberapa kali, kini batang zakarku sudah basah oleh cairan mani ibuku sendiri. Kukocok-kocok kontolku dengan kuat dengan menggunakan tangan kananku, sambil tangannku yang kiri memijat biji zakarku. Karena cairan ibuku, kontolku rasanya jadi sangat licin dan enak mengocoknya.

Saat hampir orgasme, kuremas kantong zakarku kuat-kuat lalu kutekan kepala kontolku. Aaah… cairan maniku muncrat sangat kuat. Sangat banyak dan sangat kental. Muncratan pertama agak jauh dan mengenai payudara kanan ibuku. Selanjutnya muncrat banyak di perut ibuku, lalu sisanya menetes di memek ibuku.

Memek ibuku jadi sangat berantakan. Bulu-bulu jembutnya jadi sangat basah oleh cairannya sendiri dan tetesan-tetesan air maniku. Ibuku lalu mengusap-usap spermaku yang jatuh di dada dan perutnya, seperti ingin meratakannya untuk melapisi seluruh kulit tubuhnya.

Nafasku masih terengah-engah karena orgasme tadi. Orgasme yang sangat kuat tapi batang zakarku masih lumayan tegak.

“Mak, Basun boleh…”

“Jangan, Sun. Gak boleh begituan sama emak sendiri.” potong emakku. Kemudian dia merapatkan pangkal pahanya dan menutupi memeknya dengan telapak tangannya. “Udah ya, Sun… Jangan lebih dari ini.” Ibuku memohon.

Sebenernya nafsu sudah sangat di ujung. Aku ingin sekali menyetubuhi ibuku malam ini. Aku ingin merasakan kontolku dijepit dan diempot-empot oleh memek ibuku. Tapi aku juga tidak tega melihat ibuku. Kulihat di ujung matanya ada airmata yang jatuh. Wajahnya terlihat sedih dan lemas.

“I-iya, mak… Maaf, Basun khilaf.” Lalu aku bergeser ke samping ibuku.

“Gak apa-apa, Sun. Emak juga khilaf tadi.” jawab ibuku sambil mengenakan kembali dasternya lalu kembali berbaring di sampingku.

“Mak gak marah kan?”

“Enggak, Sun… tapi emak mohon kamu jangan berpikiran macem-macem ya ke emak. Kita udah dosa melakukan beginian. Jangan sampe kebablasan kamu mau begituan sama emak.”

“Iya, mak… Basun gak bakal mikir gitu lagi. Tapi kalo kayak tadi lagi boleh gak, mak?”

Ibuku terdiam.

“Basun mau bikin enak emak pake tangan Basun. Masa Basun mulu yang dibikin enak sama emak. Basun tau emak udah lama gak ketemu bapak. Emak tadi enak kan Basun kocokin memeknya?”

“Ih, kamu ini… sok tahu, masih kecil.”

“Basun udah umur 24, mak. Basun udah ngerti kok,”

“Ya udah… kalo Basun mau gitu lagi boleh deh. Tapi pake tangan aja ya. Emak enak juga kok Basun gituin tadi.”

“Nah, bener kan, mak. Jadi emak bisa bikin puas Basun, Basuk juga bisa bikin puas emak.”

“Ah, kamu ini.. Ya udah, sini burung kamu, mau diurutin gak?”Cerita Seks Terpanas Dokter Seksi Menggoda Syahwat

“Mau dong, mak… mumpung masih ngaceng nih, mak, hehehe.” jawabku cengengesan.

“Sun, Sun… dasar anak nakal.”

Akhirnya malam itu batang zakarku diurut emak lagi dan ejakulasi untuk yang kedua kalinya. Setelah itu kami berdua langsung tertidur lelap. Mungkin kecapekan karena saling memuaskan dengan tangan tadi.

Kini hubunganku dengan ibuku sudah semakin jauh. Yah, meski ibuku menolak untuk aku setubuhi tadi, tapi aku rasa aku bisa membawa keintiman tubuh kami ke tahap yang lebih tinggi. Tubuh ibu dan anaknya sendiri yang kini setiap malam tidur seranjang telanjang dan saling memuaskan kemaluan masing-masing dengan tangan.

Naluriku masih buas. Nafsuku belum tuntas hanya dengan ini… Aku ingin lebih dari ini, mak… - Koleksi cerita sex, cerita dewasa terbaru, cerita ngentot, cerita mesum, cerita panas, cerita horny, cerita hot 2016

from Kumpulan Cerita Sex Dewasa, Tante Bispak Ngentot, ABG Ngeseks

Cerita Seks Dewasa Perawan Artis Idaman Kampus

Cerita Seks Dewasa Perawan Artis Idaman Kampus - Bacaan Sex sebelumnya ialah Cerita Seks Terpanas Dokter Seksi Menggoda Syahwat Cerita Sex, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita Semi, Cerita Panas, Cerita Horny Cerita Sex, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita Semi, Cerita Panas, Cerita Horny Jadi ini kisahku yang tejadi sekitar 3 tahun yang lalu sat aku sedang masuk kuliah. Waktu itu aku kuliah disalah satu univerSitas terkenal dibandung. Saat aku pertama kali aku masuk kuliah aku sendirian gak punya teman karena aku bukan asli bandung. Namun seiring
berjalannya waktu, dan sifatku yang supel aku jadi mempunyai banyak teman. Anak-anak kampusku yang perempuan sangat cantik-cantik sekali, memang bener kalau bandung itu sering disebut lautan bidadari.

Cerita Seks Dewasa Perawan Artis Idaman Kampus
cerita seks, cerita ngentot, cerita panas, cerita dewasa, cerita semi, cerita mesum


Bercerita Sex - Hingga akhirnya setelah kurang lebih 2 bulan aku kuliah disitu aku melirik satu wanita yang terlihat begitu indah dimataku. Sebut saja namanya Sita, orangnya gak terlalu tinggi, namun dia memilki paras yang cukup menarik buwatku.

Juga bentuk lekuk tubuhnya juga sangat indah untuk dinikmati. Bongkahan kedua payudaranya lumayan besar dan pantatnya terlihat sangat padat sekali dibalik celana strit yang selalu dikenakannya saat dikampus.

Pandanganku ketika dikampus saat ini hanya tertuju pada Sita. Setiap jam istrirahat aku selalu mencari keberadaan Sita dimana. Hingga aku mencari tau tentang Sita kepada teman- temannya, tapi sekejap aku kecewa mendengar kalau sta udah mempunyai seorang cowok.

Namun dalam sekejap semangatku kembai karena ada salah satu teman Sita yang memberitahuku kalau hubungan Sita dengan cowoknya sudah gak harmonis lagi, dan bahkan sekarang Sita juga gak pernah bertemu dengan cowaknya. Aku langsung semringah mendengar berita dari teman dekat Sita itu.

Dan tibalah wajtunya, saat Sita sedang duduk dikantin sendirian aku langsung saja memberanikan diri untuk nyamperin Sita. Lalu dengan basa-basi akhirnya aku pun bias sedikit akrab dengan Sita hingga akhirnya ita ngobrol panjang lebar. Untung aja jadwal perkuliahanku dengan Sita bisa sama-sama kosong, jadi aku dan Sita mempunyai waktu yang banyak untuk ngobrol.

Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran. Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu.

Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok.

Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja.

Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Sita, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek.

Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya. Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Sita memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya.

Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu.
Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain. Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Sita saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini.

Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, Edi panas yaah hawa di Bandung sekarang ini. Iya nih! sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali. Edi.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Edi, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh.

Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku. Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku? bantahku. Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam.

Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya.

Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya. Ayo sekarang kamu mau curhat lagi? kataku. Nggak sih Edi, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.

Ya udah.. abis gimana lagi, katanya. Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku.

Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka.

Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat.

Ssstthh ha.. hah.. aahh.. okhs Edi, bagus Edi, eenakk, suaranya yang kecil dan merdu. Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi. Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu? kataku.

Iya Edi, tapi nggak sering.. aaksshh.. kata dia sambil mendesah, tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara perlahan.

Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo- set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka celana dalamnya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex.

Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, Aaakshh.. hsstt oks! dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya.

Waduuhh.. enak sekalii akkhhss.. aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. Edi, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Edi, saya sangat suka kamu punya barang, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.

Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku.

Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya.

Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara. kamu masih perawan nggak? Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs, katanya. Ternyata dugaanku benar. Tapi sama pacar kamu itu? Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja, kata Sita. Tapi Edi, gimana kalau kita ini sekarang.. dia tidak melanjutkan pembicaraannya.

“Okh.. ookh.. okh.. sstt..” dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan..

Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia. Edi, ternyata pedih juga, aahh! katanya. Tapi teruskan saja Edi… Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya, kataku.

Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku. “Ssstt.. sstt..” desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya.

Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini.

Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Sita ini kedengaran.

Terus Edi, aduhh Edi kok enak sih.. aakss ssttss.. katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih! kataku.

Uuhhss sstt jangan dulu dong Edi.. bentar lagi aja, katanya.

Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Edi boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. Creett.. crooot.. crooot.. crroooot dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya.

Selesailah main-main sama Sita, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua. Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis.Cerita Seks Terbaru Ngentot Anak Dari Suamiku

Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa.

Sesudah selesai nonton Sita tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.

sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan nikmat seperti yang telah kami lakukan sebelumnya. - Koleksi cerita sex, cerita dewasa terbaru, cerita ngentot, cerita mesum, cerita panas, cerita horny, cerita hot 2016

from Kumpulan Cerita Sex Dewasa, Tante Bispak Ngentot, ABG Ngeseks

Cerita Dewasa Hot Terbaru Kenikmatan Dibalik Bencana

Cerita Dewasa Hot Terbaru Kenikmatan Dibalik Bencana - Cerita ngentot terhot, Sebelumnya kisah sex yang pernah saya publish ialah Cerita Dewasa IGO HOT 2016 Kurasakan Perawan WariaCerita sex terbaru, novel sex terlengkap, cerita dewasa terupdate, cerita mesum terbaik, cerita ngentot terpopuler, cerita bokep terselubung, cerita xxx terhot, cerita ml abg perawan, cerita porno janda binal |Semenjak kedatangannya, suasana kantor agak berubah. Orang-orang jadi semakin rajin, entah mengapa. Dia bukanlah direktur yg baru, bukan pula sekretaris baru yg seksi. Namanya Irma. Seorang wanita berusia 27 tahun ini disukai sekaligus dibenci. Disukai karena kerjanya cepat dan sangat efektif, serta orangnya sangat cerdas, tetapi disisi lain dia selalu mengeluh dan memarahi kami karena keterlambatan kami atau hal-hal sepele lainnya.

Cerita Sex Hot Terbaru 2016 Kenikmatan Dibalik Bencana

Cerita, Dewasa, Hot, Terbaru, Kenikmatan, Dibalik, Bencana, cerita sex 2016, cerita dewasa terupdate, cerita seks terbaru, cerita semi, cerita birahi, cerita mesum, cerita bokep igo, cerita porn mancanegara, cerita esex esex, cerita nyata, cerita bergambar hot, cerita panas terselubung, cerita xxx.
Ilustrasi Foto Syur Cewek Cantik IGO Terhot 2016
Novel Seks - Irma bukanlah direktur, jg bukan senior designer. Posisinya sama dgnku, junior designer. Yg membedakannya dgnku dan beberapa teman lainnya adalah, Irma lulusan dari universitas kenamaan di Amerika Serikat, dgn prestasi cum laude.
Kumpulan cerita dewasa, cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa igo, cerita dewasa igo terbaru, cerita dewasa igo bugil, cerita dewasa igo 2016
Cerita sex terbaru, Selain itu Irma jg keponakan dari Owner perusahaan desain interior ini. Berdarah Jawa- Belanda, dgn tampang indo layaknya model-model catwalk, rambut hitam panjang, dgn kacamata tipis dan pakaiannya yg selalu modis, sdh barang tentu laki-laki sangat menyukainya. Namun entah kenapa kami malas utk akrab denganya, selain karena sikapnya yg selalu ketus dan tdk bersahabat itu, jg karena kami merasa tdk selevel denganya.

Apalagi kebanyakan dari kami adalah jebolan universitas lokal, dan sewaktu kuliah, membolos sdh jadi makanan kami .-cerita sex hot- Walaupun kami datang dari universitas mentereng, tetap saja tdk bisa membandingkan diri kami dgn Irma. Aku sendiri berusia 29 tahun, masih jomblo dan belum menikah. Bukan karena aku tdk laku, tp aku masih agak shock ketika setahun yg lalu pacarku selingkuh dgn sahabatnya sendiri.

Cerita dewasa terbaru, Memang mereka tdk melakukan hal-hal yg melanggar norma kesusilaan, tetapi jalan dgn pria lain dan saling berkirim sms mesra di tengah-tengah persiapan pernikahan, apa bukan selingkuh itu namanya ? Teman-temanku yg lain sering menggodaku agar aku mendekati dan mencoba akrab dgn Irma, karena menurut informasi yg beredar, Irma belum memiliki pacar. Wajar saja hal ini terjadi mengingat yg masih bujangan di kantor ini selain aku dan Irma, Cuma ada seorang desainer senior yg selalu tdk beruntung dlm masalah percintaan, dan seorang office boy.

Aku pun bertanya-tanya kenapa Irma tdk laku padahal dia sangat cantik dan pintar. Apa karena sikapnya yg ketus ? atau mungkin saja dia lesbian ? hahahhahaha. Minggu ini minggu yg sangat melelahkan. Selain mengerjakan desain interior utk sebuah mall yg akan dibangun, aku dan Irma harus rapat sore hari bersama developer sebuah gedung perkantoran.

Selama di mobilku, Irma hanya diam saja, sembari mendengarkan musik di ipodnya. Sdh barang tentu dia pasti tdk akan menjawab jika aku sekedar ingin mengobrol atau berbasa-basi denganya. Sebab selama ini pembicaraanku dgn dia hanya sebatas pekerjaan saja. Dia jg tdk pernah bergabung dgn orang-orang kantor mencari makanan murah disekeliling gedung perkantoran.

Entah dia makan dimana, karena menurut para direksi dan senior designer, Irma tdk pernah makan bersama mereka. Tentu saja, karena walaupun sdh berduit dan lebih berumur dari kami, para direksi dan senior designer pasti mencari makan murah utk berhemat. Rapat berlangsung sangat lama. Waktu sdh menunjukkan pukul jam 8 malam. Tetapi Irma masih berdiskusi dgn pihak pengembang soal konsep desain interior gedung perkantoran itu. Bila rapat dgn rekan yg lain, pasti mereka akan mencari-cari alasan atau sengaja mengarahkan pembicaraan agar rapat cepat selesai.

Cerita mesum terbaru, Akhirnya rapat selesai jg. Waktu menunjukkan pukul 8.30. rapat berlangsung sangat lancar, dan tdk satupun ucapan Irma yg dibantah. Harus kuakui gadis ini sangat hebat dlm berargumen. Jalanan sdh agak lengang karena jam macet sdh lewat. Aku dan Irma berada di dlm mobil, menuju ke kantor. Aku membuka pembicaraan.

“Udah malem, di kantor ga ada siapa-siapa, mau cari makan dulu sebelum kembali ke kantor ? “ tanyaku berbasa basi. “Gak usah, langsung ke kantor aja” jawabnya pelan dan pasti. -cerita hot-

Tak sampai 5 detik dia langsung memasangkan headset ipod ke telinganya. Buset. Dingin sekali tanggapannya. Yasdh. Aku tdk ambil pusing, dgn buru2 aku segera menyetir mobil ke arah kantor, agar aku bisa cepat pulang dan makan malam. Kantor kami terletak di sebuah gedung berlantai 7, di daerah yg mentereng di Jakarta Selatan. Kantor Konsultan desain interior kami berada di lantai paling atas, berbagi lantai dgn 3 kantor lainnya.

Aku memarkirkan mobilku dgn asal-asallan di tempat parkir. Tumben, pikirku, para satpam lagi kemana ? aku dan Irma langsung masuk, menaiki lift, dan kemudian masuk ke kantor. Suasana kantor agak gelap karena memang sdh tdk ada siapapun. Aku mencoba membuka pintu pantry utk mengambil makanan ringan di kulkas, namun pintu pantry sdh terkunci. Memang kebiasaan office boy kami utk mengunci semua pintu di kantor kecuali pintu utama, yg biasanya selalu dikunci oleh satpam setelah semua pergi. Untung saja pintu belum dikunci ketika kami masuk.

Entah karena malas atau apa, kami tdk menyalakan lampu utama. Karena besok pagi desain awal hasil rapat sdh masuk ke desainer senior, maka kami membereskan hasil rapat tadi di ruang rapat utama. Irma bekerja dgn sangat teliti mengetik laporan dgn MacBook nya. Sementara aku mengumpulkan hasil sketsa ‘dan denah ruangan dlm satu bundel, sambil menahan perut lapar dan tak henti-hentinya aku melihat ke arah jam.

Setelah tugasku beres, aku membereskan mejaku, dan bersiap utk pulang sementara Irma mem-print hasil ketikannya. Irma sdh akan pergi ketika aku memasukkan alat tulis ke tasku.

“Aku pulang duluan ya..” Irma berjalan ke arah pintu.

Aku tersenyum sekenanya dan meregangkan tubuh dulu sebelum benar2 akan pulang. Tiba-tiba… “SHIT !” aku mendengar teriakan Irma dari arah pintu utama. Aku bergegas berlari ke arah pintu utama. Rupanya Irma sedang berdiri mematung di depan pintu yg tertutup.

“Kenapa ?” tanyaku heran
“Pintunya dikunci” jawab Irma sambil menarik-narik handle pintu sekuat tenaga.

Sial, pikirku. Rupanya tdk ada satpam di luar itu dikarenakan mereka sedang patroli, sekaligus mengecek adakah orang yg lembur malam ini. Rupanya karena kami berdua tdk menyalakan lampu-lampu utama, yg menyebabkan ruangan kantor seperti tdk ada orang, mereka mengunci pintu tanpa memeriksa terlebih dahulu. Aku mulai panic karena jalan satu-satunya keluar dari kantor ini adalah pintu itu. Tangga darurat ada di seberang pintu kantor. Sial. Sekali lagi sial. Semua pintu sdh dikunci. Aku berlari mengintip ke jendela. Sia-sia. Jendela kantor kami tdk ada yg menghadap ke kantor satpam.

Aku blingsatan kesana kemari, dan dgn marah kutendang pintu kaca yg tebal itu. Tak ada reaksi kecuali kakiku sakit. Desain pintu yg kuat agar kantor aman ternyata menjebak kami di kantor Aku mengeluarkan handphone dari saku celanaku dan menelpon office boy, utk menyuruhnya kembali ke kantor. Sial sekali lagi. Telponnya tdk aktif. Hebat. Irma diam, walau bisa kulihat mukanya memerah menahan marah. Mungkin dia jg ingin cepat pulang, ada janji atau apapun. Tp Irma tetap berusaha kalem dgn menelpon pamannya, sang owner perusahaan desain ini. Aku bisa mendengar percakapan mereka.

“Hallo om..”
“Eh Irma, ada apa ?”
“Om, aku kekunci di kantor” “Lah kok bisa ? “ Irma menjelaskan situasinya ke pamannya.
“Waduh…. Gawat jg.. OB nya pun ga bisa ditelpon ?”
“Iya om….”
“Teriak-teriak gih, coba panggil satpamnya” Percuma, kupikir.

Aku pernah lembur dan melihat kelakuan para satpam itu ketika waktu sdh menunjukkan jam 9 keatas. Setelah patroli dan mengunci pintu-pintu utama, mereka langsung ke kantor mereka, utk nonton tv rame-rame, main kartu, bahkan kadang-kadang mabuk bareng.

“Ga bisa om…” Nada bicara Irma sdh mulai memelas.
“Hmm… om akan usahakan cari bantuan, tp om lagi di luar kota sekarang”
“KOK OM GAK BILANG DARI TADI KALAU ADA DI LUAR KOTA ?!?” Irma meledak.

Ditengah kekalutan aku mencoba menelpon semua nomor telpon kantor. Dan sialnya, kebanyakan dari mereka tdk aktif. Ada yg mengangkatnya dgn background suara hingar bingar diskotik dan suara teler ga karuan. Tolol. Di tengah minggu malah dugem. Irma, terus menekan pamannya. Aku berusaha menelpon semuanya, tetapi entah kenapa sinyal hapeku tiba-tiba hilang. Aku kalut, mencari telpon kantor. Dan hanya telpon di meja front office saja yg bisa dipakai utk menelepon ke luar.

Aku berlari kearah front office dgn panik. Dan bodohnya tiba-tiba aku terjatuh tersangkut pojokan meja. Aku jatuh ke meja menimpa telpon kantor. Aku kaget dan langsung bangkit. Berharap telpon tdk rusak. Aku lalu mengangkat telponnya. Ternyata ada Nada sambung. Aku mencoba menekan nomer yg kuhapal. Lagi-lagi sial. Rupanya kejadian tadi menyebabkan tombol 0 rusak dan tdk bisa ditekan. Nomer telpon HP mana yg tdk ada 0 nya ? sedangkan aku tdk punya nomor telpon rumah orang kantor.

Ide tiba-tiba muncul, aku membuka laci front office utk melihat data nomer telpon pegawai. SIAL ! SIAL! Lacinya terkunci. Sementara itu Irma masih menelpon pamannya.

“JADI GIMANA DONG OM ?!?” Bentak Irma
“Sabar, kamu sama siapa disana ?” Irma menyebutkan namaku.
“Oh… sama dia…. Aman kalau sama dia, Irma, kamu tunggu besok aja, kamu…” Belum sempat pamannya menyelesaikan kalimatnya, Irma dgn kesal melemparkan handphonenya ke dinding dan handphonenya hancur berkeping-keping.
“Kenapa kamu banting ?!?!?” Bentakku Irma hanya terdiam.

Dia menarik nafas dlm-dlm.

“Telpon kantor ?
“ tanyanya pendek “Rusak” jawabku tak kalah pendeknya.
“Kenapa ?” Mukanya mulai memerah. Matanya berkaca-kaca
“Tadi aku jatuh, telponnya ketindih badanku” Aku menjawab sambil memalingkan muka.
“TOLOL !!” Irma membentakku dan tangan kanannya mengayun akan menampar pipiku.

Dgn tangkas aku menangkap tangannya dan melepasnya kembali.

“Lebih tolol mana sama orang yg ngebanting hape nya sendiri ? “ sindirku.

Ruang rapat penuh asap rokok sekarang. Aku menghisap rokok kretekku dlm-dlm dan membuang asapnya ke langit-langit. Irma duduk di pojokan sambil menghisap rokok mentholnya. Kami sdh saling diam selama 30 menit lebih. Tdk ada alasan bagiku utk mengobrol dgn wanita judes ini. Bikin pusing. Tp aku mencoba menengok utk melihat keadaannya. Khawatir jg. Jangan-jangan nekat gantung diri.

“Apa kamu lihat-lihat ?” Irma membalas tatapanku dgn pertanyaan dingin
“Gue punya mata, boleh dong liat kemana aja” Jawabku tak kalah dingin.
“Ngeri tau gak, berdua doang sama cowok macem kamu”
“Eh…. Lu baru masuk kemaren sore Ir, blom kenal siapa gue..” Aku menatap penuh emosi ke arah Irma.
“Ah…semua cowok sama aja” Irma membuang muka
“Apa maksud lu ?” Tanyaku penasaran
“Ah, tau lah….” Jawabnya sembari mematikan rokoknya di pot bunga yg sekarang beralih fungsi sebagai asbak.
“Lo tau kan otak cowok isinya seks melulu ?” Suara Irma terdengar tdk enak Aku hanya terdiam.
“Bahaya tau gak berdua doang sama cowok asing. Salah-salah gue diperkosa” Irma berkata ketus
“EH. Sori ya mbak-sok pintar-lulusan luar negri- masuk karena koneksi” Nada bicaraku meninggi.
“Biar kata lu cantik, jg, ga bakal ada cowok mau perkosa lo ! Mana ada orang mau merkosa orang ngeselin macem elo !!!” Bentakku.
“Orang yg gak bisa bersosialisasi macem lo ! Orang yg egois ! Ga ada empati sedikitpun sama orang kantor ! Ga ada bagus-bagusnya! Mentang-mentang ni kantor punya om lu, lu mau seenaknya aja disini ?!?!? “ Aku sdh naik pitam.

Tdk mampu menahan kesabaran lagi.

“Ah… “ Irma tdk bisa berkata-kata lagi.
“Enak aja lo bilang gue mau merkosa elo ! mendingan gue tidur ama pecun daripada nyentuh badan lo !” Nafasku habis.

Sdh kuluapkan semua kekesalanku kepada Irma. Tiba-tiba Irma berlutut. Melepas kacamatanya dan mulai menitikkan air mata. Dia membanting kacamatanya dan mulai menangis sesenggukan. Shit. Rupanya kata2ku tadi kelewat kasar. Makin lama tangis Irma makin keras. Aku pun berlutut mendekatinya dan mencoba memegang bahunya.

“Irma…. Sorry… mungkin gue terlalu kasar” aku meminta maaf Irma menepis tanganku dan terus menangis.
“Ir….” Aku agak membungkuk utk melihat wajahnya.

Tp tiba-tiba Irma memelukku dan menangis di dlm pelukanku. Aku terdiam sembari mengelus-ngelus punggung Irma. Sekitar 10 menit dia menghabiskan tangisnya di pelukku. Aku yg pegal lalu duduk di lantai bersandar pada dinding. Irma duduk di sebelahku, dgn pandangan kosong. Tak beberapa lama Irma memulai pembicaraan.

“Maaf… tadi aku lancang ngecap kamu” katanya pelan
“Gue jg Ir… maaf tadi terlalu kasar” jawabku.
“Aku yg mulai” lanjut Irma.
“Kupikir semua laki-laki sama. Baik pada awalnya tp ternyata brengsek”
“Ah. Semua laki-laki brengsek kok Ir” Jawabku Lalu kami terdiam cukup lama.
“Aku pernah diperkosa” Irma tiba-tiba bercerita.
“Eh……” Aku tdk bisa menyembunyikan mimik heran dari mukaku.
“Waktu aku baru kuliah di US, ada kakak kelas yg ngedeketin aku..” Lanjut Irma
“Dia baik banget, sampe pada akhirnya aku diundang ke pesta di asramanya… Pestanya rame, dan ternyata minumannya beralkohol semua.”
“Aku dibuat mabuk” dia terus bercerita “ Lalu aku dibawa masuk ke kamar, dan disana aku diperkosa olehnya” Irma menghela nafas panjang dulu.
“Sejak saat itu aku ga pernah percaya sama cowok” Irma lalu mengambil sebatang rokok menthol dari bungkusnya, meremas bungkusnya yg sdh kosong, lalu melemparkan bungkusnya ke pot bunga.

Aku memberikan korek apiku ke Irma. Irma lalu menyalakan rokoknya dgn korek milikku. Aku tdk berani berbicara lagi. Aku tadi telah lancing berbicara seperti itu kepada Irma.

“Gimana kehidupan cinta kamu ?” tanya Irma
“Mmmm…” Aku diam tak berani menjawab
“Setelah kejadian itu, aku ga pernah berhubungan sama laki-laki lagi” katanya.
“Sekarang giliran kamu cerita” Katanya sambil tersenyum kepadaku Aku sedikit terkejut.

Ternyata jika tersenyum Irma manis sekali. Aku tdk pernah melihatnya tersenyum semenjak dia masuk kantor.

“Mmmm… Aku harusnya tahun lalu nikah…” jawabku
“Tp ?” Tanyanya sambil menghisap rokok mentholnya.
“Tunanganku selingkuh” Jawabku pelan.

Tak ingin rasanya menceritakan hal tersebut. Aku menarik nafas dlm2 dan memandang ke arah langit-langit. Irma tdk menimpali jawabanku. Dia mematikan rokoknya di pot bunga. Waktu berjalan sangat lama. Aku dan Irma berbicara tentang banyak hal. Mulai dari jaman kuliah, sma, segala macam. Ternyata Irma menyenangkan jika diajak bicara. Tak jarang ia tertawa bersamaku, menertawakan kejadian-kejadian konyol di kantor yg terjadi sebelum kedatangannya. Tak terasa sdh jam 12 malam. Aku sangat capek. Aku mencoba tidur. Aku masih bersender pada dinding, sementara Irma tertidur, dgn menggunakan bahuku sebagai sandaran.

“Dingin……” Irma tiba-tiba memelukku. Aku tak tahu harus berbuat apa.

Sebagai lelaki normal, yg sdh lama tdk berhubungan dgn perempuan, aku tiba-tiba merasa deg-deggan, dan suhu tubuhku memanas. Aku mengira Irma bisa merasakannya, karena dia memeluk tubuhku sekarang.

“Hmmmm.. jadi yg bujangan di kantor Cuma aku, kamu, sama Pak Yudi ? “ tanya Irma.
“Iya” jawabku pelan sambil menahan perasaan aneh ini.
“Hehe” Irma tertawa kecil
“Kenapa ? “ tanyaku.
“Nope… nothing” katanya sambil menahan tawa.
“Well… I guess. Ga ada salahnya kalo satu dari kalian aku pacarin” Irma melanjutkan ucapannya.
“Oh jadi lu demen ya sama om2 bujangan tua” timpalku “Haha… enak aja. Coba kamu itung, 45 – 27 = 18, jauh kan umurku sama Pak Yudi” jawabnya
“27 ? Kirain 35…” ledekku.

Irma berusaha utk menjewer telingaku tetapi aku menghindar, menangkap tangannya, tetapi aku kehilangan keseimbangan duduk, sehingga aku terjatuh kearah kanan dan tak sengaja menarik Irma ikut jatuh jg menimpa tubuhku. Aku yg jatuh menyimpang kekanan ditimpa oleh Irma yg menghadapi telingaku. Akhirnya dia menjewer telingaku tanpa ampun.

“Aduh !. Sakit tau !” Aku berusaha memberontak tp Irma malah tertawa-tertawa dan tdk melawan rontaanku.

Aku berusaha bangkit tetapi Irma malah memelukku.

“Aku ingin diperlakukan dgn lembut oleh laki-laki” bisik Irma.

Aku memperbaiki posisi jatuhku. Aku tiduran terlentang di ruang rapat, dan Irma menimpa tubuhku. Aku bangkit, dan Irma ikut memperbaiki posisinya. Aku kembali duduk, tetapi sekarang Irma ada di pangkuanku dan tetap memelukku.

“Aku merhatiin kamu terus semenjak pertama kali masuk kantor” Irma kembali berbisik.
“Kamu paling sopan, dan lembut sama perempuan kalo dibandingin sama yg lain”
“Ditambah lagi… kamu belum nikah kan… dan om ku bilang, kamu orang yg baik” Irma terus berbicara.
“Baru tadi kan bilangnya, gue jg denger” jawabku
“Enggak. Dari awal aku masuk kantor, om udah bilang kalo kamu selain kinerjanya paling bagus, kamu jg sopan, ramah dan orangnya menyenangkan” Irma membantah ucapanku.
“Kayaknya lucu kalau kita pacaran……” Irma melanjutkan ucapannya.

Aku kaget. Baru pertama kali seumur hidup ada perempuan yg mengatakan ingin kupacari. Dan perempuan itu adalah perempuan yg cantiknya minta ampun seperti Irma. Aku tak bisa bicara apa-pa. Kami berdua saling memandang. Tiba-tiba entah siapa yg memulai, kami memajukan kepala kami masing-masing dan berciuman. Bibir Irma sungguh hangat. Aku memeluk erat pinggangnya dan Irma meremas rambutku.

Kami berdua berciuman sangat lama. Kurasakan kacamata Irma menekan-nekan mukaku. Tp aku tdk peduli. Bibir kami saling memagut. Lidah kami saling beradu. Aku semakin menguatkan pelukanku. Dan Irma melepaskan ciumannya. Hidungnya beradu dgn hidungku. Dapat kurasakan nafasnya yg panas dan memburu. Irma melepas kacamatanya dan meletakkannya di sembarang tempat.

Tanpa terasa Irma membuka kancing bajuku. Dia melakukannya sambil menciumi leherku. Agak sulit membuka kancingku dlm keadaan seperti itu, tetapi Irma cuek. Aku tak mau kalah. Kulepaskan leherku dari jangkauan bibir Irma, dan mulai meraih kancing kemejanya. Tak berapa lama bajunya terbuka. Tanpa diminta Irma membuka ikat pinggangnya dan melepas celananya. Didepanku berdiri perempuan blasteran Jawa-Belanda, dgn kulit yg putih dan mulus, hanya memakai pakaian dlm berwarna merah menyala.

Aku menelan ludah, melihat tubuh Irma yg indah, bagaikan model catwalk yg langsing dan proporsional. Irma kembali menyerangku. Bibir kami kembali saling berciuman, tanpa sadar tanganku mengarah pada payudara Irma. Aku meremasnya dgn lembut. payudaranyanya yg proporsional terasa sangat empuk di tanganku. Aku dgn cepat menyisipkan tanganku ke dlm BHnya. Irma tiba-tiba memegang pergelangan tanganku. Dia menahan tanganku dan seakan menyuruhku utk mundur. Setelah aku menarik tanganku kembali, tangan Irma mengarah ke punggungnya, dan dia melepas pengait BHnya, melepas BH nya sendiri. Irma tersenyum kepadaku dan berkata

“Kenapa bengong gitu…. Kayak orang bego tau….” Aku malu sendiri dan membuang muka.

Irma memegang pipiku, dan kemudian tangannya menyusuri badanku, utk kemudian membuka ikat pinggangku. Aku pasrah, dan Irma pun menciumi badanku mulai dari leher sampai ke perutku. Aku kaget saat tangan Irma masuk ke celana dlmku dan menggenggam k0ntolku. Irma lalu mengoral k0ntolku. Aku sedikit kaget, karena tdk terbiasa dgn oral seks. Pada saat dgn tunanganku dulu, boro-boro oral sex, pegang-pegang sedikit saja sdh kena marah. Padahal aku bukan orang yg tanpa pengalaman seks.

Sebelum berpacaran denganya, aku beberapa kali melakukannya dgn pacar-pacarku yg dulu. Aku meringis menahan geli akibat permainan lidah Irma. Dia sangat pintar memainkan k0ntolku dgn mulutnya. Tindakannya bervariasi, tdk hanya mengulumnya, tetapi jg dgn menciumi bagian-bagian yg sensitive dan memainkan lidahnya di kepala k0ntolku. Kupikir, sebelum kejadian perkosaan yg menimpanya di US, Irma sdh sangat berpengalaman dlm hal ini.

Aku kaget dan berusaha menahan kepala Irma ketika kurasakan spermaku hampir keluar. Irma tampaknya mengerti dan menghentikan kegiatannya. Dan dlm beberapa menit kemudian, Irma menanggalkan semua baju dlmnya, begitu jg dgnku. Badan telanjang kami berdua bergumul di lantai ruang rapat. Saling berciuman, berpelukan dan menikmati keindahan tubuh masing-masing. Hingga pada akhirnya Irma telentang di atas karpet, kepalanya tepat berada di bawah kepalaku. Mataku memandang lekat-lekat matanya yg indah.

“Ir…”
“ya…. “ jawabnya
“Are you sure you want to do this ?” tanyaku
“Why did you ask ?” katanya sambil tersenyum.
“We’re already gone too far” lanjutnya.
“and now I consider you as my lover though” senyum tipisnya meluluhkan hatiku. Aku mencium keningnya.

Kedua kaki Irma tanpa disuruh kini telah melingkari pinggangku. Kami berciuman dgn hangat. Kedua tangannya melingkari leherku. Kudekatkan k0ntolku ke mulut meqinya yg mulai terasa basah. Pelan2 aku menggesekkan k0ntolku di mulut meqinya, mencari jalan masuk. Tetapi tiba-tiba otot meqinya menegang, seakan menolak k0ntolku utk masuk. Aku terdiam dan memandang wajahnya, aku takut dia masih trauma akibat kejadian di US itu.

“It’s okay….” Irma mengisyaratkan bahwa dia tdk apa-pa.

Irma membuka pahanya sedikit lebih lebar lagi dan dia tampak mencoba utk rileks. Pelan-pelan kudekatkan kembali kepala k0ntolku di bibir meqinya. Kepala k0ntolku sdh mulai masuk. Aku mulai menggerakkan k0ntolku maju mundur, walaupun baru sedikit yg masuk. Perlahan namun pasti, k0ntolku semakin masuk kedlm lubang meqinya.

“aah….. “ Irma mengerang pelan dan agak meringis ketika k0ntolku masuk sepenuhnya ke dlm meqinya.

Aku menggerakan k0ntolku maju mundur dlm posisi misionaris.

“Mmmmmppphhhh… sayang… pelan-pelan “ Irma mengingatkanku utk tdk bergerak terlalu cepat.

Dinding meqinya seakan memijat-mijat batang k0ntolku dgn lembut.

“Aahhh… sayang… mmmhhh….. uuhhh…” Irma mengerang, menandakan dia mendekati orgasme.

Tetapi aku tdk ingin malam ini berakhir secepat itu. Aku menghentikan gerakanku, dan ketika Irma akan membuka mulutnya utk bertanya, aku langsung meraih pantatnya dan menggendongnya. Aku kemudian duduk di kursi rapat dan menaikkan badan Irma di pangkuanku. Irma mulai berpegang pada pundakku. Dia mengerti dan segera menaikkan pantatnya, lalu dgn pelan-pelan dia mengarahkan lubang meqinya ke kepala k0ntolku. Irma bergerak naik turun di pangkuanku. Meqinya terus-terusan memijat-mijat batang k0ntolku dgn lembut. Aku memegangi pinggangnya. Irma menghentikan gerakannya dan berbisik lembut kepadaku.

“Sayang… kalo udah mau keluar bilang ya…. Aku gak mau kamu keluarin disitu…” aku mengiyakannya dan dia mulai kembali beraksi.

Goyangannya tdk liar dan asal, tetapi begitu rapih. Begitu elegan dan anggun. Suara erangan kami memenuhi ruang rapat. Kami sdh tdk peduli lagi tentang kemungkinan satpam kembali lagi keatas dan menolong kami yg terkunci. Aku sdh tdk berpikir lagi utk kembali menelpon orang kantor, atau mencoba mendobrak pintu pantry dan keluar lewat tangga darurat. Yg ada dipikiranku hanyalah Irma. Rasanya tdk percaya gadis yg tadinya cuek dan judes kepadaku ini bisa ada dipelukanku sekarang.

“Mmppphhhhhhhh….” Irma agak menggelinjang.
“Aaahhh…..” Irma kembali bersuara Aku bisa merasakan Irma akan mengalami orgasme, karena selain merasakan gelinjangan tubuhnya, aku pun merasakan meqinya makin menjepit k0ntolku.

Aku pun mengimbangi dgn menggerakkan pantatku.naik turun di kursi itu. Kursi yg biasanya dipakai rapat itu menjadi saksi bisu percintaan kami.

“Sayang……. Oooohhhhh….” Irma pun makin mempercepat gerakannya.

Aku lalu bangkit sambil menggendong Irma. Aku mendudukkan Irma di meja rapat, Irma tetap memelukku, dan aku terus menggerakkan k0ntolku maju mundur.

“Oooohh…. Oooohhhhhhh…. Sayang……. Aku mau…. Ahhhhh….” Irma menggelingjang dgn hebatnya…
“Tahan sedikit… aku jg mau…..”
“Ahhhhh…..” paha Irma mencengkram pinggangku dan kepalanya mendongak keatas.

Mengerang nikmat menandakan bahwa dia sdh orgasme. Aku terus menggerakkan k0ntolku, dan…

”Irma…. Ooohhh…..” Irma jatuh telentang di meja rapat dan aku mencabut k0ntolku dari lubang meqinya.

Sperma segera berhamburan dari k0ntolku. Irma segera bangkit dan memelukku. Kami berpelukan erat. Tdk berciuman, tdk melakukan apapun. Hanya berpelukan selama beberapa lama tanpa berbicara apa-apa. Irma lalu melepaskan pelukannya dan turun dari meja. Dia lalu mencium pipiku lembut, kemudian dia mulai memakai kembali bajunya. Aku masih berdiri telanjang dan tertegun. Melihat Irma yg bagaikan malaikat itu memakai bajunya satu persatu. Bacaan sex top: Cerita Dewasa IGO Kompleks Ibu Muda Cantik Seksi

“eh… pake baju dong…. Ntar keburu pagi” Irma mengingatkanku Aku segera mengenakan kembali bajuku.

Aku kembali mencoba tidur dgn bersandar di dinding. Irma kembali pada posisinya, bersandar di bahuku.

Singkat cerita pagi pun datang. Kami berhasil keluar jam 7 pagi. Hari itu kami berdua sengaja diliburkan karena kejadian konyol itu. Selanjutnya bisa ditebak. Irma mulai terbuka pada orang-orang kantor. Dia sdh bisa berkomunikasi dgn akrab, dan sinisnya makin lama menghilang. Ditambah lagi ketika kini kami sdh berpacaran. Irma menjadi ceria dan orang-orang kantor tampak takjub melihat perubahan itu. One thing leads to another. Dan sekarang, setelah kegagalan pernikahanku yg dulu, setelah beberapa lama berpacaran, aku akan mempersiapkan pernikahanku dgn Irma. - Situs dewasa sex online terlengkap, novel sex terupdate, novel sex dewasa, novel xxx terbaru, novel cerita hot, novel cerita bokep, novel cerita porno, novel mesum, novel abg ml, novel tante selingkuh, novel janda hypersex, novel sex terpanas, novel perawan suka bugil.



Cerita Sex / Cerita Dewasa / Cerita Mesum / Cerita Panas / Cerita Porno / Cerita Bokep / Cerita Sex Tante / Cerita Sex ABG / Cerita Sex Janda / Cerita Sex Perawan / Cerita HOT / Kisah Sex / Sex Bergambar / Foto Seks


from Novel Seks Dewasa | Cerita Sex Hot » Kisah Ngentot 2016